JAKARTA, Waspada.co.id – Wacana pemberian izin usaha tambang kepada perguruan tinggi dalam Rancangan Undang-Undang tentang Mineral dan Batu Bara (RUU Minerba) mendapat respon dari berbagai pihak. Sebagian pihak mendukung adanya wacana itu, tapi ada juga pihak yang menolak.
Wakil Ketua MPR Eddy Soeparno, mengatakan adanya pemberian wilayah izin usaha pertambangan (WIUP) dengan cara prioritas tidak akan membuat perguruan tinggi serta merta ingin memanfaatkannya. Apalagi, pengelolaan tambang juga berpotensi menurunkan reputasi perguruan tinggi.
“Apalagi jika kajian akademik yang dilakukan mengenai usaha pengelolaan tambang batu bara ini ternyata menurut mereka berpotensi menjauhkan perguruan tinggi dari tujuan utama pendiriannya yaitu sebagai pilar pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan,” kata dia melalui keterangannya, Selasa (28/1).
Ia mengatakan, banyak perguruan tinggi di Indonesia yang telah berdiri puluhan tahun. Bahkan ada juga perguruan tinggi berusia lebih dari 100 tahun. Menurut dia, perguruan tinggi itu tentunya memiliki kredibilitas dan kewibawaan akademik yang tinggi.
Karena itu, ketika pengelolaan tambang dinilai berpotensi meruntuhkan reputasi yang telah dibangun sekian lama, otomatis perguruan tinggi tidak akan mengambil risiko tersebut. Pasalnya, pengelolaan tambang tak jarang menyebabkan kerusakan lingkungan hingga permasalahan sosial.
“Tentu perguruan tinggi akan berpikir ulang untuk masuk ke sektor usaha tambang ini,” ujar Eddy.
Ia mengakui, perguruan tinggi memerlukan sumber dana yang tidak kecil untuk bisa senantiasa meningkatkan kualitas dan fasilitas pendidikannya. Apalagi untuk mengejar target Indonesia Emas pada 2045, Indonesia membutuhkan banyak perguruan tinggi bertaraf internasional, sehingga peluang pengelolaan tambang ini dapat menjadi salah satu solusi untuk mendanai berbagai kegiatan dan pengembangan kampus ke depan.
“Namun saya juga meyakini, bahwa perguruan tinggi akan berpikir dan menimbang dengan sangat cermat dan penuh kehati-hatian sebelum masuk ke sektor baru yang sangat berbeda dengan dunia pendidikan ini,” kata dia. (wol/republika/mrz/d1)
Discussion about this post