MEDAN, Waspada.co.id – Peraih Beasiswa Bobby Nasution dan Universitas Prima Indonesia tahun 2021, Rusmita Sari, terpilih sebagai delegasi “International Youth Exchange and Conference (IYEC) tiga negara Malaysia, Singapura, dan Thailand pada 14-19 Januari 2025.
Wanita yang akrab disapa Mita, mengungkapkan ia tidak menceritakan segala keluh kesah yang ia jalani selama ajang IYEC serta dalam pengajuan sponsorship pendidikan kepada kedua orang tuanya.
“Saya anak pertama, buat saya sakit dalam mencapai mimpi itu biar saya saja yang merasakan. Ibu dan bapak cukup mendoakan dan meridhoi setiap langkah saya,” ucap Mita, sekaligus mengharumkan nama Beasiswa Bobby Nasution dan Universitas Prima Indonesia, Jumat (24/1).
Mita melanjutkan, semoga dirinya dapat menjadi contoh pada generasi muda zaman sekarang agar “tahan banting” untuk mengejar impian.
“Saya sadar, saya hidup dengan kemauan, bukan yang serba instan. Harus berusaha untuk mengejar apa yang saya mau.” tuturnya.
Mita menjelaskan inovasi strategi Kolaborasi Pemuda dan Pemerintah Peduli Pendidikan (KP4) berasal dari kesedihannya saat terkendala biaya ketika lolos seleksi IYEC dan kemudian ia menekuni isu pendidikan zaman sekarang.
“Saya awalnya terkendala finansial hingga akhirnya melayangkan permohonan sponsorship pada pihak-pihak yang membidangi pendidikan. Namun ditolak, hingga hampir kehilangan kesempatan menjadi delegasi terpilih. Tidak menyangka, dititik akhir perjuangan mencari sponsorship, saya dihubungi dari kalangan pemerintah yang peduli pendidikan, dengan ‘atas nama pribadi’ berhasil mendapatkan sponsorship pendidikan untuk mengikuti IYEC. Kabar itu membuat saya kembali bersemangat dan tumbuh rasa empati pada nasib anak muda yang seperti saya, layaknya berprestasi sebagai wujud kontribusi pada negeri namun terhenti hanya karena finansial” ujarnya.
Menurutnya, menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang lain adalah suatu keteguhan hati yang harus diwujudkan, hingga akhirnya ia bersikeras menciptakan inovasi strategi KP4.

“Sebenarnya, Strategi KP4 ini pernah menjadi essay terpilih saat mengikuti seleksi FPU 2 DPR-RI, namun perjuangannya terhenti karena gagal pada seleksi akhir,” cerita Mita.
Mita melanjutkan, ia maju ke ajang konfrensi IYEC bersama tim yang bernama Higher Education dengan nama rekan Estriana Arifah Mahfud (Cirebon), Femi C.E. Pakpahan (Tarutung), Kareena Ayudya Maheswari (Jakarta), Gisthia Shifwa Fatiya (Sumedang), dan Nasywa Az-Zayan Hanani (Purwakarta).
“Sejauh diskusi yang dilakukan bersama tim, akhirnya buah pemikiran saya disepakati akan dibawa dalam ajang konferensi SDGs. Saya tidak berekspektasi terlalu tinggi ternyata inovasi saya membawa keberkahan pada tim hingga dinobatkan sebagai “THE BEST TEAM” pada ajang konferensi international itu,” kata Mita.
Mita berujar inovasi diajang internasional ini akan dituangkan melalui karya ilmiah.
“Insyaallah inovasi ini akan dituangkan melalui karya ilmiah dan harapannya akan terealisasikan sebagai intervensi kualitas pendidikan pada negeri menuju Indonesia Emas 2045 dan mendukung kesuksesan SDGs 2030 mendatang,” pungkasnya. (Wol/ega)
Discussion about this post