MEDAN, Waspada.co.id – Dalam sepekan ke depan akan ada banyak agenda ekonomi yang sangat mempengaruhi kinerja pasar keuangan.
Di awal pekan ini (Selasa), akan ada rilis data kinerja ekspor-impor di tanah air maupun neraca dagang.
Ekonom Sumut, Gunawan Benjamin, menuturkan di mana surplus Neraca perdagangan di tanah air diproyeksikan akan mengecil, dan jika sesuai ekspektasi maka bisa menjadi kabar buruk bagi mata uang Rupiah.
“Dilanjutkan dengan rilis data penjualan ritel AS secara bulanan. Pada perdagangan besok (rabu), Bank Indonesia akan menentukan kebijakan besaran bunga acuannya. Ada dua kemungkinan yang mencuat, dimana BI bisa saja tetap mempertahankan besaran bunga acuan di level 6,25%, atau mengurangi besaran bunga acuannya sebesar 25 basis poin,” tuturnya, Selasa (17/9).
Kebijakan BI tersebut hanya berselang satu hari lebih cepat dibandingkan dengan kebijakan yang akan dilakukan oleh Bank Sentral AS atau The FED. The FED sendiri diproyeksikan akan memangkas besaran bunga acuannya pada kamis mendatang. Dan pelaku pasar sejauh ini berekspektasi bahwa The FED akan memangkas bunga acuannya.
“Dan di akhir pekan akana da rilis data initial jobless claims AS yang berpeluang menjadi penggerak kinerja pasar keuangan di akhir pekan. Pada perdagangan pagi hari ini, kinerja indeks bursa saham di tanah air diperdagangkan menguat dikisaran 7.840. Sementara itu, kinerja mata uang rupiah ditransaksikan menguat di level 15.350 per US Dolarnya. Selain itu, harga emas ditransaksikan menguat di level $2.583 per ons troy nya,” ungkapnya.
Untuk kinerja mata uang rupiah dan harga emas, masih memiliki peluang untuk menguat dalam jangka pendek. Sementara itu, untuk kinerja IHSG masih dibutuhkan sejumlah data lain yang mendukung penguatannya.
“Sepekan ke depan bisa menjadi kabar baik bagi pasar keuangan secara keseluruhan, meskipun disisi lain aksi profit taking perlu diwaspadai,” tandas Gunawan. (Wol/eko/d1)
Editor: Ari Tanjung
Discussion about this post