OleH: Dr. TGB Ahmad Sabban Rajagukguk
Waspada.co.id – Saya sangat bersyukur dan berbahagia terbitnya karya monumental ini, berjudul Dakwah Sufi Membangun Karakter Masyarakat karya Ust. Dr. Sabaruddin Siahaan. S.Pd.I. M.Sos. Setidaknya ada beberapa alasan saya sehingga menyebut karya ini menjadi monumental ke depan. Ketika memang masyarakat saat ini benar-benar sedang berada pada titik nadir, kemerosotan akhlak dan degradasi moral di berbagai sisi kehidupan.
Karya ini dapat menjadi alternatif atau solutif bagaimana membangun akhlak masyarakat dan bangsa. Kemudian, kenapa karya ini menjadi monumental, karena buku ini dilandasi, atau dilhami atau disarikan dari mutiara hikmah kitab al-Hikam harya Imam Ibnu Athaillah as-sakandary yang dikemas dalam bentuk khutbah atau tausyiah singkat.
Sudah umum diketahui dan disadari terkhusus para penggiat atau penikmat spiritualitas, para sufisme dan kaum ilmuan serta cendikiawan yang tercerahkan, bahwa kitab al-Hikam adalah kitab legendaris, kitab babon atau kitab induk kaum Sufi. Sederet ulama-ulama tersohor yang kelimuan mereka telah mendunia, baik dalam kontek global maupun konteks Indonesia, merasa tercerahkan dengan kitab tersebut.
Kitab al-Hikam adalah kumpulan hikmah spriritualitas tinggi. Buah spiritual dari hubungan kemesraan atau keintiman seorang hamba dengan Sang Khaliq-nya. Kitab al-Hikam, kumpulan hikmah yang menembus batas zaman, menjadi rujukan dunia para penempuh spritual dari awam sampai alim. Semua golongan dapat tersentuh dan tercerhkan denyut spritualnya.
Kedalaman spiritualitas kitab al-Hikam tidak lagi diragukan. Bahkan sebahagian ulama mengatakan kitab ini merupakan kitab kedua setelah Al-Quran. Andaikan ada kitab berisi wahyu selain Alquran, tentu kitab al-Hikam memiliki kelayakan dan kekayaan khazanah itu. Meski demikian kitab al-hikam bukanlah kitab suci, sebab tidak ada kitab suci yang mampu menandingi Al-Quran. Tetapi pemaknaan Al-Quran dari segi spiritualitas telah mengilhami kedalaman spiritualitas kitab karya Imam Ibnu Athaillah itu.
Oleh karena itu, buku karya Sabaruddin Siahaan ini akan tercelupkan ke dalam spritualitas itu sendiri, karena buku ini merupakan penjabaran makna kehidupan rabbani yang diilhami dan didasari oleh kedalaman spritualitas kitab al-Hikam. Ini akan materi pencerah sekaligus mengasyikkan jika para pendakwah dapat menyampaikan secara cerdas dan keratif.
Dalam upaya membangun karakter dan akhlak masyarakat bangsa ini, memang hampir banyak penelitian menjelaskan bahwa pendekatan sufisme adalah pendekatan yang paling efektif. Sebab pendekatan sufisme ini dianggap merupakan pendekatan yang mampu mengembalikan sisi kemanusian, moralitas dan akhlak melalui pendekatan kesucian hati atau batin. Dengan demikian dakwah Sufi ini diharapkan mampu merubah wajah masyarakat ke arah karakter masyarakat yang rahmatan lil’alamin yakni memiliki akhlaqul karimah.
Saya sendiri menegaskan bahwa ketika seseorang mendalami sufisme, mendalami spiritualitas Sufi, atau tariqah, secara serius, mendalam, dan istikamah, sesungguhnya dia sedang masuk ke dalam jantung Islam. Sebab sufisme, tariqah atau dakwah Sufi adalah mendalami aspek esotoris Islam itu sendiri. Tidak dipungkri bahwa alam, intensitas, objek, atau segala sesuatu itu memiliki sisi batiniah. Inilah sebenarnya yang paling penting mempengaruhi aspek lahiriah.
Menjadikan kitab al-Hikam dengan pendekatan sufisme dan spiritualitas sebagai ruh dari buku ini untuk kemudian diuraikan sebagai bahan materi dakwah, khutbah dan tausyiah singkat, saya kira akan membuat masyarakat atau jamaah semakin menemukan kesegaran dalam beragama. Mereka akan menemukan materi dakwah yang membimbingnya merasa dekat dengan Islam itu sendiri. Terasa bagaimana memahami agama dengan pendekatan spritualitas kemanusiaan, pendekatan kehidupan yang lebih dekat. Sehingga agama tidak ditampilkan secara kering, gersang, keras, atau dikotomis.
Tasawuf dan laku sufisme fokus utamanya adalah menaklukkan al-nafs al-ammarah bi al-su’ (nafsu yang mendorong-dorong untuk melakukan keburukan) dengan melakukan pensucian jiwa. Oleh karenanya dakwah sufi, konsentrasi utamanya adalah memperbaiki hati, olah bathin, olah rasa, agar kembali kepada fitrahnya. Outputnya adalah kakarter robbani dan akhlakul karimah. Dengan demikian dakwah sufi adalah dakwah memperbaiki karakter dan akhlak masyarakat menuju masyarakat yang bertaqwa.
Lahirnya karya atau buku ini, apalagi ditulis seorang akademisi keilmuan, seorang doktor yang konsen kepada nila-nilai spiritualitas dan keumatan, saya kira, menjadikan buku ini penting untuk dimiliki. Saya mengenal baik penulis buku ini, beliau adalah mahasiswa saya program doktor UINSU Medan.
Dalam keseharian kami belajar, saya melihat beliau akademisi yang cerdas, progresif, dinamis, memiliki kedalaman spritualitas dan kepekaan sosial terhadap agama, umat dan bangsa. Semoga karya ini melahirkan spirit yang tinggi dalam membangun akhlak atau karakter masyarakat, menjadi pencerah dan sekaligus amal jariah. Saya ucapkan terimakasih dan selamat kepada penulis buku. Mudah-mudahan berlimpah berkah.
*Tokoh Sufi Sumatera Utara dan Dosen Pascasarjana UINSU Medan
Discussion about this post