KUTACANE, Waspada.co.id – Banjir akibat luapan beberapa aliran sungai di Aceh Tenggara (Agara), dilaporkan kembali terjadi dan menelan korban jiwa. Banjir yang bermaterial lumpur disertai kayu gelondongan tersebut, mendapat perhatian dari pengamat lingkungan.
Pengamat lingkungan, Noris Ellyfian Munthe, Selasa (21/11), mengatakan banjir luapan sungai yang terjadi di beberapa titik di Aceh Tenggara, tidak menutup kemungkinan akan kembali menerjang.
“Tidak menutup kemungkinan banjir yang bermaterial kayu gelondongan akan kembali menyusul. Bahkan akan bisa menelan korban jiwa yang lebih banyak,” katanya.
Mantan pemandu turis di kawasan hutan Taman Nasional Gunung Leuser tersebut, menerangkan perambahan hutan di sekitaran hutan lindung berbatasan Aceh Tenggara-Langkat, Sumatera Utara, telah lama terjadi.
Hutan yang semula berstatus sebagai hutan lindung, banyak yang telah berubah fungsi menjadi hutan kawasan masyarakat. Artinya, hutan yang semula tidak diperbolehkan adanya perambahan, saat ini telah banyak menjadi lahan perkebunan masyarakat.
Selain persoalan itu, ditambah lagi dengan persoalan Daerah Aliran Sungai (DAS) yang berada di beberapa titik yang banyak belum ditangani secara merata. ”Banyak DAS yang belum memiliki pembangunan tanggul penahan secara merata,” terangnya.
“Ini yang menjadi persoalan. Pembangunan tanggul penahan kiri kanan DAS di hulu sungai banyak dilakukan secara acak-acakan, tidak dilakukan secara estafet,” sebutnya.
Persoalan ini, kata dia, tentunya akibat lemahnya pengawasan pemerintah daerah dan kurangnya tenaga ahli sebagai perencana pembangunan guna mengatasi permasalahan untuk mengatasi bencana kedepannya.
“Ini dibuktikan dari beberapa bangunan tanggul yang terus-menerus mengalami ambruk dan jebol ketika air sedang naik,” cetusnya.
Jika persolan tersebut belum bisa diatasi, bukan tidak mungkin Aceh Tenggara akan terus menjadi lahan banjir.”Bukan tidak mungkin banjir yang bermaterial kayu gelondongan kembali terjadi,” pungkasnya. (wol/sur/d2)
Editor AGUS UTAMA
Discussion about this post