Oleh
Austin Tumengkol
Waspada.co.id – Akhirnya! Hendry CH Bangun telah resmi terpilih sebagai nakhoda baru PWI Pusat periode 2023-2028. Hasil ini didapat dari Kongres XXV Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) di Kota Bandung, 25-26 September 2023.
Hendry mampu mengungguli calon petahana yang juga Ketua PWI 2018-2023, Atal SDepari. Dari total 88 suara pada putaran pertama, Atal memperoleh 40 suara, Hendry 39 suara, dan Ketua PWI Riau Zulmansyah Sekedang memperoleh sembilan suara.
Pada pemilihan putaran kedua, Atal dan Hendry atau akrab disapa HCB bertarung lagi layaknya lima tahun di Solo. Namun, kali ini Hendry jadi pemenang dan memimpin PWI selaku organisasi profesi pers tertua menggantikan Atal dengan perolehan 47 berbanding 41 suara.
Secara tersirat tentu dari Kongres PWI tahun ini, banyak para pelaku pers di Indonesia menginginkan perubahan. Insan pers nasional ingin wajah “lama tapi baru” dan sarat pengalaman yang dinilai mampu membawa PWI jauh lebih baik ke depannya. Terkhusus dalam mengawal penerapan Peraturan Dasar/Peraturan Rumah Tangga (PD-PRT), Kode Etik Jurnalistik, dan Kode Perliaku Wartawan.
Tentu lima tahun kepengurusan PWI Pusat sebelumnya bukan serta merta divonis kurang maksimal atau malah tidak baik. Pastinya, dalam setiap kepengurusan ada plus minus yang lahir dari program-program yang diemban.
Wartawan sebagai sebuah profesi mulia tentu harus selalu dinamis dan berkembang sesuai dengan kebutuhannya. Artinya, wartawan mampu tetap menjadi sebuah profesi yang membanggakan, dihargai, dan bermanfaat bagi masyarakat
Perubahan yang dimaksud tadi sebenarnya dapat dinilai secara jelas oleh para voters dari program-program yang diusung setiap calon. Dalam hal ini, HCB memiliki 10 program prioritas dalam memimpin PWI lima tahun ke depan yang cukup mengakar ke ruh organisasi.
Program-program tersebut meliputi PWI menjadi tempat bagi gagasan-gagasan, aktif dan hadir di berbagai tempat, mendukung partisipasi dan aspirasi daerah, meningkatkan pemahaman ideologi kebangsaan PWI, meningkatkan manajemen Uji Kompetensi Wartawan (UKW), menata ulang pengelolaan dan pelatihan wartawan sehingga menjadi holistik.
Lalu, membentuk lembaga penelitian dan pengembangan jurnalisme, menjalin kerja sama dengan perguruan tinggi, khususnya untuk meningkatkan kemampuan jurnalistik serta menggelar UKW gratis minimal satu kali di daerah.
Tentu program yang digambarkan di atas harus memiliki benang merah dengan peran pers di Indonesia. Peran pers di Indonesia mencakup beberapa aspek yang krusial, misalnya sebagai pemantau kekuasaan. Di sini, pers berperan sebagai pemantau kekuasaan, termasuk pemerintah dan institusi-institusi lainnya.
Media menjalankan fungsi pengawasan dan menyediakan liputan independen tentang tindakan pemerintah dan pejabat publik. Ini membantu masyarakat dalam pemahaman mereka terhadap tindakan pemerintah dan menekan potensi penyalahgunaan kekuasaan.
Lalu, sebagai wadah pendidikan. Media memiliki peran dalam pendidikan masyarakat. Selain berita, media juga menyediakan konten pendidikan, seperti artikel informatifnyang membantu meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang berbagai topik.
Terpenting, peran pers juga harus dilakukan dengan integritas dan etika. Independensi media, kebebasan pers, dan kualitas berita yang baik adalah aspek penting dalam menjalankan peran ini.
Selain itu, pers juga harus mematuhi undang-undang dan regulasi yang berlaku untuk menjaga integritasnya sebagai penjaga kebenaran dan pilar demokrasi.
Integritas PWI yang mulai disusupi praktik-praktik pragmatis pun harus dibersihkan. Integritas yang terbangun dari karakter-karakter wartawan Indonesia bukan didapat serta merta, namun berkat jalan panjang tokoh-tokoh pers masa lampau.
Akhir kata, Kongres XXV PWI yang berlangsung alot dan penuh suasana demokratis yang ditandai dengan kemenangan HCB. Kini, segenap insan PWI menanti perjalanan ketua dan pengurus memberi warna baru dan perbaikan serta kebangkitan pers nasional dalam lima tahun ke depan. Mainkan ketua!
*Penulis adalah Wakil Ketua PWI Sumut
Discussion about this post