BATANGTORU, Waspada.co.id – Selain fokus dalam melakukan pendampingan di sektor pertanian, PT Agincourt Resources (PTAR) Tambang Emas Martabe juga siap mengantarkan kelompok menjahit para ibu-ibu di Desa Batuhoring menghasilkan produk-produk UMKM lokal yang memiliki daya saing.
Hal ini diwujudkan dengan memberikan pelatihan dan juga pembekalan fasilitas yang dibutuhkan para kelompok menjahit untuk terus menghasilkan produk-produk terbaiknya.
Supervisor – Business Development & Analyst, Community Development PTAR, Nurlailah, menuturkan bahwa kelompok menjahit di Desa Batuhoring, Kecamatan Batangtoru, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara ini terbentuk setelah melakukan pelatihan pada bulan Juli lalu.
“Latar belakang ibu-ibu di sini awalnya adalah seorang penjahit baju kebaya yang biasanya ditempah saat moment tertentu seperti Perayaan Natal dan Pesta Adat. Kemudian kita dari PTAR berinisiatif untuk melakukan pembinaan, dengan memberikan pelatihan dan fasilitas yang dibutuhkan. Setelah berdiskusi mereka tertarik untuk membuat produk seperti tas, pouch dan juga beberapa aksesoris yang berbahan dasar ulos,” tuturnya, Selasa (12/9).

Akhirnya terbentuklah kelompok ini, dan sampai saat ini sudah banyak menghasilkan produk-produk lokal yang akan difokuskan memiliki nilai jual yang tinggi.
“Pendampingan berkelanjutan nantinya akan mendorong para kelompok menjahit binaan PTAR, diharapkan bisa terus memproduksi hasil-hasil produknya dengan kualitas yang baik dan menarik masyarakat. Sehingga tidak menutup kemungkinan, kita akan juga dorong untuk bisa dipasarkan melalui online atau e-commerce,” ucap Lailah.
Di kesempatan yang sama, Ledis Hutabarat, salah seorang pengurus dari Kelompok Menjahit Desa Batuhoring binaan PTAR mengungkapkan, sejak dilakukan pendampingan masyarakat khususnya ibu-ibu di sini yang masuk dalam kelompok menjahit semakin bersemangat untuk berkreasi.
“PTAR ini sangat membantu kita sebagai penjahit lokal yang tentu sangat membutuhkan banyak ilmu untuk menciptakan produk-produk UMKM yang bagus,” ucap Ledis.
Devi, salah seorang penjahit di kelompok tersebut juga optimis produk jahitannya bisa memiliki nilai jual yang tinggi nantinya.
“Karena memang saat ini, belum banyak yang pesan, hanya beberapa saja, tapi kami yakin produk kami nanti bisa dikenal banyak orang, dan peminat pecinta ulos juga tertarik untuk membeli produk kami, yang diberi nama Onekhe Malo,” tandasnya. (wol/eko/d2)
editor AUSTIN TUMENGKOL
Discussion about this post