Oleh:
Dr. Sabaruddin Siahaan SPd.I M.Sos
Waspada.co.id – Daerah perbatasan Aceh yang penulis maksudkan dalam artikel ini adalah Kota Subulussalam. Data statistik menyatakan bahwa Kota Subulussalam adalah sebuah kota yang berada di provinsi Aceh berbatasan langsung dengan Kabupaten Pakpak Bharat dan Kabupaten Dairi, provinsi Sumatera Utara. Kota ini merupakan pemekaran dari Kabupaten Aceh Singkil berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2007, pada tanggal 2 Januari 2007.
Geliat Muhammadiyah di kota tempat bersemayam Syeikh Hamzah Fansuri ini penulis angkat terkait akan digelarnya Musyawarah Daerah Muhammadiyah ke 3 pada Ahad, 04 Juni 2023. Musyda ini sebagaimana muktamar dan Musywil adalah agenda penting organisasi lima tahunan yang tertunda disebabkan merebaknya covid 19 dua tahun terakhir. Periode kepengurusan mulai pusat sampai daerah, cabang dan ranting sejatinya sudah berakhir pada tahun 2020, terpaksa diperpanjang sampai 2022. Sementara perhelatan Muktamar dan Musyawarah baru dapat digelar di tahun 2023 ini.
Muhammadiyah sebenarnya sudah hadir di daerah “Sada Kata” ini jauh sebelum menjadi kota definitif. Diawali dari merebaknya gerakan pembaharuan yang saat itu familiar dengan sebutan ‘Kaum Mudo’ di desa Runding. Tokoh-tokoh yang terkenal saat itu di antaranya Angku Fakih Bawaihi dan H. Abdul Manaf. Terpengaruh dengan gerakan Muhammadiyah di Sibolga dan Pasar Singkil, Muhammadiyah pun kemudian tumbuh di Runding. Jalur perdagangan saat itu adalah ke Pasar Singkil melalui sungai Sungraya dan langsung ke Sibolga melalui laut. Para muballigh Muhammadiyah dari luar daerahpun di datangkan. Salah satunya menurut sumber penulis adalah Ust. RB. Khairuddin dari Susoh, kabupaten Aceh Barat Daya sekarang.
Ketika Subulussalam sebagai ibu kota kecamatan Simpang Kiri mulai ramai didatangi para urbanisasi dari berbagai tempat, mulai terpikir mendirikan cabang Muhammadiyah. Pada tahun 1985, Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Provinsi Daerah Istimewa Aceh memberikan mandat kepada Fansuri Amin, Ust. Arifin Umar, Djeumaris Munthe dan Hj. Nurleta untuk merintis berdirinya Cabang Muhammadiyah di Subulussalam. Berbekal mandat tersebut, mulailah diadakan rembuk tokoh dan simpatisan Muhammadiyah di MIS Subulussalam pada tanggal 04 Maret 1986. Terjadi silang pendapat dan penolakan beberapa tokoh terhadap kehadiran Muhammadiyah dalam bentuk organisasi di Subulussalam. Akhirnya rembuk tokoh bersama simpatisan Muhammadiyah itu pun bubar tanpa menghasilkan kesepakatan berarti.
Menyikapi sulitnya pendirian Cabang Muhammadiyah di Kecamatan Simpang Kiri itu, salah seorang tokoh Muhammadiyah, Arkam Abjas, mengusulkan agar Muhammadiyah yang ada di Runding sebelumnya dipindahkan menjadi cabang di Subulussalam. Usulan itu diterima secara aklamasi, sehingga keluarlah Surat Pengesahan dari PWM Daerah Istimewa Aceh atas berdirinya Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Simpang Kiri di Subulussalam. Surat Pengesahan itu dikeluarkan pada tanggal 31 Maret 1987 dengan nomor 003/PMC/1987.
Sejak saat itu, timbullah kegairahan untuk menumbuh kembangkan pergerakan dakwah Muhammadiyah di Subulussalam. Para muballigh didatangkan silih berganti dari luar daerah, diantaranya Ust. Shahib Nasutian dari Medan. Salah seorang muballigh yang gigih membina dan membesarkan Muhammadiyah di Subulussalam adalah Ust. Ismail.G, seorang ulama pembaharu lulusan Pesantren Persis Bangil, Jawa Timur. Bahkan menurut keterangan salah seorang anaknya, Ust. Issmail G bukan hanya murid tetapi sempat tinggal dan menjadi anak angkat Ust. Ahmad Hassan yang terkenal dengan panggilan Ust. Hassan Bandung.
Berkat pembinaan sang muballigh, Ust. Ismail.G, dilaksanakanlah Musyawarah Cabang (Musycab) II pada tanggal 4 Juli 1992. Pada musycab itu terpilihlah H. Lukman Ujung menjadi ketua PCM. Simpang Kiri. Mulai saat itu geliat dakwah Muhammadiyah mulai terasa, diawali dengan pendirian TK.ABA, Madin Muhammadiyah (sekarang sudah tidak ada lagi) dan SMP Muhammadiyah. Mulai terasa pentingnya mesjid sebagai pusat gerakan dakwah Muhammadiyah. Atas inisiasi tokoh-tokoh yang sudah bergabung di Muhammadiiyah, H. Buyung Dahlan, H. Bahrum Kombih dan H. Kaharuddin dan lain-lain, dimulailah pendirian mesjid Takwa Muhammadiyah.
Usaha itu sebenarnya sudah pernah digagas H. Arkam Abjas dengan suntikan dana sepuluh juta dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Namun karena pembangunannya melebihi dana yang tersedia, akhirnya tidak dapat diselesaikan dengan baik. Seiring perjalanan waktu kehadiran Muhammadiyah akhirnya diterima di tengah-tengah masyarakat Subulussalam. Geliat Muhammadiyah di perbatasan Aceh ini pun semakin terasa kencang.
Lahirnya Pemko Subulussalam menjadi dasar berdirinya Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Subulussalam. Sejak berdirinya PDM Kota Subulussalam sampai sekarang, nahkodanya dipercayakan kepada dr. H. Syahyuril, seorang tokoh berpendidikan kelahiran Pulau Banyak, Aceh Singkil. Selama dua periode kepemimpinannya, Muhammadiyah telah menunjukkan eksistensinya di tengah-tengah masyarakat.
Selain TK ABA sudah berkembang 5 unit dan SMP Muhammadiyah, didirikan pula SMA Plus Muhammadiyah, SD Muhammadiyah dan Panti Asuhan Muhammadiyah. Pernah digagas pendirian Sekolah Tinggi namun belum terwujud. Di samping itu kini Muhammadiyah juga memiliki ambulan yang siap memberikan pelayanan kepada masyarakat luas.
Musyda III akan digelar, harapannya tentu Muhammadiyah harus lebih bergeliat lagi, lincah dan cerdas memberikan pelayanan dan pencerahan kepada umat. Ada banyak agenda yang menunggu untuk dituntaskan, selain pendirian Sekolah Tinggi yang masih tertunda, pengurus terpilih juga harus dapat mengembangkan sayap dakwah muhammdiyah sampai ke tingkat desa dengan mendirikan Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) sebanyak mungki.
Ranting adalah akar rumput (grass root) yang menjadi penentu hidup dan matinya Muhammadiyah pada satu tempat. Ranting yang tidak kokoh menjadi ancaman eksistensinya Muhammadiyah di tempat tersebut.
Selamat bermusda, semoga konsisten dengan tema yang diusung; “Mencerahkan Umat Menuju Subulussalam yang Bersyariat.”
*Penulis adalah Dosen STIT Hamzah Fansuri dan Anggota Muhammadiyah Kota Subulussalam
Discussion about this post