PANGURURAN, Waspada.co.id – Kapolres Samosir AKBP Yogie Hardiman, mengatakan berdasarkan hasil penelusuran Tim Opsnal Satreskrim menemukan resi pemesanan dan pembelian sianida secara COD (cash on deliverry) dari toko Friza Tani Bogor, oleh almarhum Bripka Arfan Saragih.
Hal ini disampaikan Yogie kepada awak media saat ditemui di ruang kerjanya, Senin (20/3).
“Jadi, almarhum memesan racun potasium sianida sebanyak 1 kg, seharga Rp131.000 dan dimulai pengiriman tanggal 23 Januari 2023,” kata Yogie.
Yogie menyebut, sebelumya persoalan ini juga sudah dilaporkan ke Polda Sumut berdasarkan laporan korban penggelapan pada 31 Januari 2023. Kemudian, Polda Sumut melakukan pemeriksaan di Polres Samosir khususnya terhadap kaitan anggota yang keterlibatan permasalahan.
“Selanjutnya beriring dengan waktu kami mendapatkan informasi tanggal 6 Februari 2023 ditemukan mayat di Simullop,” terangnya.
Hingga saat ini, Polres Samosir sedang dalam tahap proses penyidikan. Menurutnya, sejumlah saksi sudah menjalani pemeriksaan dan sedang klarifikasi pada saat proses penyelidikan.
“Akan segera kita lakukan penangkapan setelah munculnya daftar pencarian orang (DPO). Untuk saat ini memang sudah ada yang hadir lima orang memenuhi panggilan Polres dan mereka cukup kooperatif. Dan bila sudah ditetapkan jadi tersangka nanti akan kita lakukan penangkapan,” tuturnya.
Yogie juga menyampaikan, pihaknya akan mengejar keterlibatan pelaku tindak pidana pencucian uang (TPPU) dalam kasus ini. Dalam pengungkapan ini, Polres Samosir nantinya akan bekerja sama dengan PPATK.
“Terlebih dahulu kita buktikan perbuatan pidana pokok, yaitu tipu gelap atau pemalsuan dokumen. Jika pidana tersebut terbukti dan ada indikasi menyamarkan hasil pidana, maka kita akan bekerjasama dengan PPATK untuk menelusuri aset yg bersumber dari tipu gelap dan kita akan menerapkan UU TPPU,” ujarnya.

Sebelumnya, berdasarkan keterangan Dokter Ahli dr Ismurozal S H, M H, SpF, telah dilakukan pemeriksaan luar dan dalam kepada sesosok jenazah laki-laki panjang badan 170 cm, kemudian rambut hitam lurus.
“Pada saat itu dari hasil pemeriksaan luar saya menjumpai warna kemerahan kepada bagian belakang dan telinga kiri kemudian warna kemerahan pada dahi kiri,” kata Ismurozal.
Kemudian, lanjutnya, pihaknya juga menemukan adanya cairan berwarna merah kehitaman yang keluar dari kedua lubang hidung, bibir berwarna biru kehitam,kedua ujung jari jari tangan berwarna kebiruan luka lecet pada kiri bawah.
“Pada pemeriksaan luar, kemudian kita lakukan otopsi pemeriksaan dalam, disitu saya menjumpai adanya memar kulit kepala belakang bawah,” terangnya.
Menurutnya, berdasarkan hasil pemeriksaan tambahan, disimpulkan penyebab kematian korban adalah kematian lemas akibat masuknya cairan kesaluran makan hingga ke lambung dan saluran nafas disertai adanya perdarahan pada rongga kepala.
Sementara itu, keluarga almarhum Bripka Arfan Saragih belum bisa menerima kematiannya dikarenakan bunuh diri, terlebih Binneria Boru Purba ibu kandungnya.
Meninggalnya Bripka Arfan Saragih akibat minum racun sianida, menurut Bineria tidak sesuai dengan apa yang sebenarnya terjadi.
Baginya, anaknya meninggal tidak seperti apa yang disampaikan oleh pihak kepolisian, karena bunuh diri dengan meminum racun sianida usai menggelapkan uang pajak kendaraan sepeda motor.
Binneria mengaku bermimpi didatangi oleh Bripka Arfan Saragih setelah ziarah ke makamnya. Dalam mimpinya, Bripka Arfan terus menangis sambil meminta tolong.
“Itu yang ku minta sama dia, jadi kemarin itu ziarahlah aku, ku bilang dikuburnya, bilanglah nak, dibunuh atau bunuh diri,” kata Binneria kepada awak media, Kamis (16/3) lalu.
Setelah kembali ke rumah, pada malam harinya, Benneria Purba mengaku didatangi oleh Bripka Arfan dalam mimpi. Saat itu putranya terlihat menangis dan meminta minta tolong.
“Malamnya aku mimpi, mak aku tidak bunuh diri, yang dijebaknya aku sama kawan-kawan ku itu, katanya anak ini,” ujarnya
Dalam mimpinya, Arfan mengatakan, jika dirinya dijebak dan dipaksa oleh sejumlah orang untuk menenggak air keras.
Begitu pula dengan Fince Saragih, yang merupakan ayah Bripka Arfan, dia tidak terima anaknya meninggal karena bunuh diri.
“Waktu itu jenazahnya datang kemari, aku heran kenapa badannya kok buram. Wajahnya hitam sebelah, tanganya hitam, kakinya juga. Instingku ini bukan bunuh diri melainkan dibunuh, tapi siapa orangnya kami tidak tau,” kata Fince Saragih, saat ditemui awak media di rumahnya di Dusun Pagar Janji, Mariahbuttu, Silau Kahean, Simalungun, Kamis (16/3) lalu.(wol/ward/d1)
Editor: FACHRIL SYAHPUTRA
Discussion about this post