MEDAN, Waspada.co.id – Harga sejumlah kebutuhan pokok jelang Ramadhan ini memang masih terpantau stabil namun cenderung ada beberapa komoditas yang terpantau berfluktuasi seperti daging ayam dan beras.
Ketua Tim Pemantau Harga Bahan Pokok Sumatera Utara, Gunawan Benjamin, menuturkan untuk wilayah Kota Medan sendiri, harga beras pada dasarnya masih cukup stabil sekalipun untuk beberapa jenis beras mulai merangkak naik.
“Saat Bulog melakukan intervensi harga beras di tahun ini, harga beras murah di Kota Medan mengalami penurunan sesaat.
Namun untuk beras medium dan premium ini harganya masih terpantau tidak berubah sekalipun ada operasi pasar Bulog tersebut. Dan sekarang dari pantauan di lapangan, harga beras medium tengah mengalami kenaikan,” tuturnya, Selasa (14/3).
Beras medium ukuran 5 Kg yang sempat di transaksikan dikisaran Rp57.000 hingga Rp58.000, saat ini dijual dalam rentang Rp59.000 hingga Rp61.000 per Kg nya.
“Untuk kenaikan harga beras ini saya menilai lebih dpengaruhi oleh harga pembelian Bulog sebelumnya. Dimana pembelian beras Bulog sebelumnya ditetapkan di harga Rp8.300, naik menjadi Rp9.000 dan saat ini di level Rp9.950 per Kg,” katanya.
Lalu menilai, kenaikan harga beras belakangan ini karena harga pembelian beras Bulog yang mengalami kenaikan.
Kenaikan harga ini tentunya akan membuat perusahaan swasta akan membeli harga beras di atas beras Bulog. Kalau harga beras naik, pada dasarnya ini wajar karena harga biaya tanam padi belakangan ini mengalami kenaikan.
“Pemicunya adalah kenaikan biaya input produksi seperti pupuk, pestisida, hingga biaya buruh tani termasuk pengolahan lahan dan panen,” jelasnya.
Namun yang menjadi persoalan selanjutnya adalah, pihak swasta kerap menjadikan harga pembelian Bulog ini sebagai harga acuan.
“Kalau Bulog berani beli di harga Rp9.950, maka jelas swasta akan berani beli di atasnya. Jadi ada perang harga di lapangan saat ini,” katanya.
Lalu bukan hanya berbicara mengenai beras, tetapi saat pembelian gabah juga begitu. Pihak swasta kerap melakukan pembelian diatas harga yang berani di tetapkan oleh Bulog.
“Ditambah lagi saat ini musim panen padi tidak serentak. Biasanya Pulau Jawa dan Sulawesi itu berbarengan, namun saat ini tidak sekompak sebelumnya. Jadi pemerintah menghadapi dilema dari kebijakannya sendiri. Kalau pembelian gabah dan beras tidak dinaikkan, petani bisa merugi dan bisa menurunkan minta petani untuk tanam padi,” ucap Gunawan.
Tetapi jika dinaikkan, perang harga antara Bulog dan swasta ini kerap terjadi. Alhasil konsumen yang dirugikan disini. Dan perang tersebut terjadi disaat biaya input produksi lagi mahal mahalnya. Bisa picu harga beras kian sulit untuk dikendalikan.
“Karena itu Gunawan berharap pemerintah harus turun dengan ikut mengintervensi pasar. Salah satunya adalah dengan menambah kekuatan Bulog untuk menjadi pemain dominan perberasan,” tambahnya.
“Saat ini pemerintah itu selalu mengendalikan harga lewat Bulog Jadi sebaiknya peran Bulog dan BUMN ditingkatkan lagi. Khususnya dalam segi pendanaan untuk menguasai pasar perberasan di atas 50 persen,” pungkasnya. (wol/eko/d2)
Discussion about this post