MEDAN, Waspada.co.id – Perkembangan startup teknologi yang menawarkan cara bekerja fleksibel tanpa harus ke kantor seperti yang ditawarkan coworking space, “memaksa” korporasi untuk mengubah cara pandang bagaimana bekerja dengan merombak desain kantor yang lebih kekinian sebagai saran branding dan potensi mendukung retensi karyawan.
Founder Clapham, Chris Angkasa, menuturkan hal ini memancing para pemain coworking space bermunculan di Indonesia, tidak hanya dari ranah lokal saja tapi juga mancanegara. Di Kota Medan, trend ini sudah mulai muncul sekitar 2013 dan hingga sekarang sudah ada sekitar beberapa.
“Sekarang, banyak perusahaan yang tidak mewajibkan karyawannya untuk bekerja di kantor dan bisa di mana saja. Di Medan sendiri, perkembangan coworking space tidak sebesar seperti di Pulau Jawa,” tuturnya, Rabu (8/3).
Coworking space menjadi salah satu pilihan tempat bagi desainer, arsitek, Influenza atau pekerja produktif yang ingin kumpul bareng untuk bekerja. Dengan begitu, komunitas industri akan terbentuk dan nilai komunitas penting bagi pekerja pemula atau orang yang berbisnis dan tentunya itu sangat membantu mereka.
“Bisnis ini jalan atau tidak belum ada jawaban pasti, karena orang banyak bekerja dari cafe, rumah dan lainnya. Pasar kita memang perusahaan atau pekerja dari luar Jawa yang di tugaskan di sini namun belum memiliki kantor,” terangnya.
Sementara, Store Manager Yafurni Working Space, Petra Ginting menambahkan coworking space ini didesain untuk memberikan kemudahan dan fleksibilitas bagi para pekerja kreatif.
“Kami ingin menciptakan lingkungan kerja yang inspiratif dan fleksibel bagi para kreatif untuk bekerja, berkolaborasi, dan mengembangkan bisnis mereka,” tambahnya.
“Diharapkan dapat membantu meningkatkan produktivitas dan kreativitas para pekerja kreatif di Medan. Selain itu, dapat menjadi tempat yang dapat memfasilitasi pertumbuhan bisnis dan berkembangnya komunitas kreatif di Medan,” tandasnya. (wol/eko/d1)
Discussion about this post