Catatan:
Haslan Madli Tambunan
Waspada.co.id – Siapa yang tak kenal dengan sosok Satika Simamora di kalangan penenun Ulos Tano Batak bumi Tapanuli Utara (Taput) Provinsi Sumatera Utara.
Di mata ribuan penenun kain Ulos, Satika Simamora adalah seorang Pejuang Kaum Industri Kecil Menengah (IKM), yang berjasa dalam mengangkat, mengembangkan hingga mempromosikan kain Ulos ke penjuru dunia.
Nama Satika Simamora menjadi terkenal atau viral, baik di dunia nyata maupun maya, sejak prestasinya diakui oleh pemerintah Indonesia. Wanita berparas cantik dan pintar ini diberi anugerah penghargaan Upakarti Tahun 2022 kategori Jasa Pengabdian atas inovasi pengembangan IKM (Industri Kecil Menengah) yang diserahkan langsung oleh Menteri Perindustrian Agung Gumiwang.
Keaktifan Satika Simamora dalam program pemberdayaan masyarakat, diakuinya sejak menjadi istri seorang Bupati Tapanuli Utara (Taput), Nikson Nababan pada tahun 2014 hingga saat ini. Secara otomatis posisinya kini menyandang nama Satika Nikson Nababan.
Wanita kelahiran Pematang Bandar ini mengaku, dirinya bersama suami Nikson Nababan tidak pernah bermimpi ingin menjadi pejabat apalagi menjadi seorang istri kepala daerah Bupati.
Karena tuntutan tanggung jawab menjadi istri Bupati Nikson Nababan, ia pun harus merelakan waktu, tenaga dan pikiran untuk dapat mengabdikan diri kepada masyarakat Tapanuli Utara (Taput).
Satika Simamora tetap semangat dan tanpa lelah menemani suami tercinta Nikson Nababan dalam memimpin 320 ribu lebih penduduk Tapanuli Utara (Taput). Dengan posisinya sebagai istri Bupati, Satika pun diamanahkan jabatan Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) dan juga Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Tapanuli Utara.
Di sini lah, Satika Simamora banyak belajar untuk dapat berbuat lebih banyak lagi mengabdikan diri kepada masyarakat. Di mana Satika Simamora harus dapat berbaur, mengayomi dan menjadi contoh yang baik bagi kepada masyarakatnya melalui gebrakan program pemberdayaan dan kesejahteraan masyarakat.
Perjuangan Tanpa Lelah
Tapanuli Utara merupakan kawasan yang mayoritas penduduknya beretnis Batak Toba, memiliki ragam budaya dan keindahan alam yang luar biasa. Dari Kota Medan butuh waktu 6 jam lebih perjalanan menuju Kota Tarutung, ibukota Kabupaten Tapanuli Utara atau sekitar 285 kilometer jarak tempuh dari Medan ke Tarutung.

Satika Simamora merupakan lulusan Magister Manajemen terbaik dari Universitas HKBP Nommensen mengaku, untuk dapat diterima di hati masyarakat Tapanuli Utara membutuhkan perjuang keras dan memakan waktu yang lama. Bahkan, langkah yang dijalankan Satika Simamora berliku-liku penuh perjuangan untuk menyentuh hati masyarakat Batak.
Waktu terus berputar. Seiring itu, perempuan berusia 49 tahun ini dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat melalui adat dan budaya Batak yang sangat kental melekat di bumi Tapanuli. Dengan kepintarannya, Satika dapat dengan cepat berdialog atau bercakap Bahasa Batak.
Setahun kepemimpinan sang suami Nikson Nababan menjabat Bupati Tapanuli Utara (Taput) tepatnya tahun 2015, Satika memfokuskan diri untuk lebih banyak berbuat di TP PKK dan Dekranasda, dengan pengalamannya hidup di Jakarta.
Sebelum menetap di Tapanuli Utara mengikuti jejak suami, Satika Simamora memiliki segudang pengalaman dalam dunia modis dan fashion di ibukota Indonesia. Dan melirik peluang kain Ulos untuk dipromosikan ke pasar nasional.
Ditolak Penenun Ulos
Ulos adalah salah satu jenis kain khas masyarakat Batak, Sumatera Utara, yang ditenun secara tradisional dengan menggunakan alat tenun bukan mesin. Ulos bagi orang Batak, bukan kain sembarang. Ada makna arti dari corak warna dan bentuk Ulos yang dipakai masyarakat Batak dalam kegiatan adat atau pesta adat, seperti upacara pernikahan, kelahiran dan dukacita.
Nah mulanya, Satika Simamora dengan perahu Dekranasda Tapanuli Utara melakukan pendekatan secara intens ke masyarakat penenun Ulos di sejumlah kecamatan. Salah satunya Kecamatan Muara tepatnya Desa (Huta) Nagodang yang terkenal dengan Kampung Ulos.
Kampung Ulos Huta Nagodang telah sejak lama dikenal sebagai daerah penghasil tenun Ulos dari turun temurun, dengan kualitas tenun Ulos-nya yang tidak diragukan lagi. Bahkan, dari dulu hingga sekarang sumber penghasilan penduduk Huta Nagodang adalah tenun Ulos.
Discussion about this post