MEDAN, Waspada.co.id -Saat ini Dunia jurnalisme dihadapkan dilema di tengah derasnya kemajuan media jejaring sosial.
Pasalnya, media sosial terus “menghipnotis” perhatian publik dan masyarakat mulai gemar mengakses media sosial daripada media produk jurnalisme.
Ketua Bidang Pendidikan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat, Nurjaman Mochtar disela-sela kesempatan Safari Jurnalistik 2023 PT Agincourt Resource menyampaikan dengan perubahan era tersebut, mau tidak mau pemberi informasi juga dituntut berubah. Saat ini era sudah berubah, sudah masuk dunia baru.
“Media di ERA 4.0, konten adalah raja, dan kreativitas juga demikian. Hanya saja masalahnya saat ini adalah pola pikir atau mindset pekerja media yang harus terus berinovasi,” ungkapnya, Jumat (27/1).
Saat ini, 70 persen sumber media mainstream adalah media sosial, karena kebanyakan yang dimulai saat mencari berita lewat media sosial.
“Saya ajak semua mengikuti perkembangan, setiap media sosial telah membuat konten sendiri. Disarankannya, PTAR untuk menyosialisasikan program-program bisa lewat YouTube dan platform media sosial lainnya, dan disebar,” jelasnya.
Kemudian soal tantangan dan peluang media saat ini. Pertama, perusahaan atau narasumber akan merekrut pembuat konten.
“Lalu, sumber berita menyimpan konten di media sosial. Tentunya, dengan digitalisasi jumlah televisi menjadi banyak akan memerlukan konten,” katanya.
Saat ini juga telah lahir profesi baru seperti ahli media sosial, SEO (Searc Engine Optimization) dan lain-lain.
“Dan peran media mainstream akan lebih banyak ke verifikasi dan pertanggung jawaban ke Dewan Pers. Sudah saatnya, sekarang beradaptasi dengan hal-hal baru agar tidak tergerus,” tandasnya. (wol/eko/d1)
Discussion about this post