MEDAN, Waspada.co.id – Inflasi pada bulan desember 2022 di Sumut mencapai 1,5 persen secara bulanan atau month to month.
“Sementara secara tahunan atau year on year mencapai 6,12 persen dan capaian inflasi Sumut yang tinggi tersebut jauh diatas realisasi capaian inflasi nasional yang sebesar 0,56 persen, dan saya sendiri pun sempat berkeyakinan kalau inflasi di Sumut itu berkisar 0,5 persen di bulan desember 2022 kemarin,” tutur Ekonom Sumut, Gunawan Benjamin, Rabu (4/1).
Andil inflasi yang terbesar masih didatangkan dari kelompok makanan, minuman dan tembakau. Di mana andilnya 1,38 persen.
“Memang dari hasil pemantauan kita dilapangan selama desember, sejumlah harga kebutuhan makanan pokok seperti sayur sayuran, kebutuhan protein, minyak goreng hingga beberapa kebutuhan lainnya mengalami peningkatan harga yang tinggi,” ungkapnya.
Terlebih untuk jenis harga sayur sayuran yang lompatan harganya hingga mencapai tiga kali lipat dari harga normal. Sementara itu, untuk harga rokok sebelumnya sudah mengalami kenaikan dan menyumbang inflasi di wilayah Sumut.
“Tetapi lagi lagi harga rokok kembali memicu kenaikan inflasi di desember 2022 kemarin, laju tekanan inflasi sebesar itu telah membuat capaian inflasi Sumut sebesar 6,12 persen selama tahun 2022,” katanya.
Dengan capaian itu, maka Sumut justru merealisasikan inflasi yang masuk dalam skenario hitungan saat harga BBM dinaikkan.
“Di mana kala itu saya memprediksikan inflasi Sumut setelah kenaikan harga BBM sekitar 30 perden dan membuat Sumut mengalami inflasi dalam rentang 5,7 persen hingga 6,4 persen hingga tutup tahun 2022,” katanya.
Jadi Sumut benar benar masuk dalam skenario hitungan inflasi terburuk, padahal sempat optimis diakhir tahun akan merealisasikan inflasi di angka 5 persen. Karena dampak inflasi dari kenaikan harga BBM sudah tak terlihat di bulan oktober.
“Kalau berbicara komodiitas pangan yang mengalami kenaikan tajam, memang komoditas cabai naik tinggi selama desember dibandingkan dengan harganya di bulan November dan harga cabai merah di bulan desember saja rata rata mengalami kenaikan Rp10.000 rupiah per kg,” ungkapnya.
Sementara untuk cabai rawit mengalami kenaikan hampir dua kali lipat dibandingkan dengan harga pada November 2022. Selain itu, kenaikan tarif angkutan dalam kota, meskipun sumbangsihnya relatif kecil, tapi hal tersebut sangat terkait dengan kebijakan wali kota masing masing terlebih Wali Kota Medan.
“Karena setau saya kebijakan subsidi tarif angkutan kota sempat tidak menyumbang inflasi besar. Namun kenaikan inflasi karena tarif angkutan di bulan desember, justru memunculkan spekulasi kemungkinan kebijakan pengenaan subsidi sudah berkahir,” tandasnya. (wol/eko/d1)
Discussion about this post