MEDAN, Waspada.co.id – Jika mengacu kepada harga kedelai dunia dalam setahun belakangan ini, memang harga kedelai mengalami lonjakan harga yang cukup tajam.
Pemerhati Ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin menuturkan bahkan dalam 5 tahun terakhir harga kedelai sejak bulan Oktober tahun 2020 sudah berada di atas $1.000 per bushel. Pada bulai mei 2021, harga kedelai sempat menyentuh $1.781 per bushel.
“Dan sempat turun ke kisaran harga $1.200 per bushel di bulan oktober 2021. Berbalik naik lagi setelah muncul operasio militer rusia di Ukraina, hingga menyentuh $1.746 per bushel. Dan saat ini berada dikisaran $1.460 per bushel nya,” tuturnya kepada Waspada Online, Senin (14/11).
Artinya memang dalam sekitar dua tahun terakhir saja harga kedelai sempat melonjak 70%, dan saat ini sekitar 46 persen lebih mahal. Ditambah lagi dengan melemahnya mata uang rupiah belakangan ini. Jelas membuat harga kedelai di tanah air mengalami kenaikan yang lebih besar lagi.
“Kalau membandingkan mata uang rupiah pada bulan oktober yang berkisar 14.600-an per US Dolar, maka dari pelemahan rupiah saja yang saat ini dikisaran 15.700 per US Dolar, menunjukan ada kenaikan harga kedelai akibat selisih kurs mata uang,” ungkapnya.
Kedelai ini identik dengaan makanan tradisional khas Indonesia yakni tempe dan tahu. Sekaligus menjadi sumber protein bagi sebagian besar masyarakat di tanah air. Sehingga gejolak kenaikan harga kedelai ini memicu kekuatiran bagi para ibu rumah tangga pada umumnya.
Meskipun pada dasarnya sejumlah industri menggunakan bahan baku kedelai juga mengalami tekanan akibat mahalnya harga kedelai.
“Memang selalu ada subtitusi atau pengganti sumber protein selain dari kacang kedelai seperti telur, ikan dan daging. Namun harga telur dan ikan dalam dua tahun terakhir ini juga mengalami kenaikan. Di sisi lain, bukan dari pola konsumsi bukan perkara mudah untuk lantas menggantikan tempe maupun tahu dengan sumber protein lainnya,” ungkapnya.
“Tempe dan tahu di masyarakat kita itu punya tempat tersendiri dalam pola konsumsinya sehari hari. Jadi kalau bicara selera, bukan lantas harga tempe atau tahu yang mahal maka kedua makanan tersebut lantas bisa ditinggalkan begitu saja. Sehingga saat terjadi kenaikan harga kedelai pemerintah justru mengambil langkah subsidi harga jual kedelai di masyarakat,” tambahnya.
“Dalam kacamata saya kebijakan subsidi tersbeut jelas membebani anggaran. Di sisi lain kedelai juga bukan bahan makanan pokok layaknya beras. Tetapi begitulah urgensi dari kedelai di negeri ini yang menjadi bahan baku makanan tradisional kita. Kita diletakkan dengan situasi yang dilematis,” tandasnya. (wol/eko/d1)
Discussion about this post