MEDAN, Waspada.co.id – Rusia menangguhkan partisipasinya dalam perjanjian gandum yang ditengahi PBB. Kebijakan tersebut diambil rusia setelah armada kapal Rusia dari laut hitam diduga mendapatkan serangan drone dari ukraina.
Langkah yang diambil Rusia tersebut tentunya akan memicu kenaikan harga pangan dunia, mengingat Rusia bukan saja memasok kebutuhan gandum dunia. Jagung, bunga matahari hingga pupuk juga sebagian didatangkan dari Rusia.
“Dan sejauh ini belum ada kepastian sampai kapan Rusia akan menangguhkan kebijakan ekspor gandum tersebut. Dan selama itu pula potensi kenaikan harga komoditas pangan dunia berpeluang menciptakan gangguan harga pangan di tanah air, dan sudah pasti langkah yang diambil rusia tersebut akan memicu ke khawatiran terjadinya krisis pangan global,” tutur Pemerhati Ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin di Medan, Kamis (3/11).
Sejauh ini, kata Gunawan, dampak dari kebijakan Rusia telah memicu kenaikan harga Gandum 5.77% di level US$877/bushel pada hari ini. Dan harga gandum sendiri pernah menyentuh kisaran US$1.260 per bushel pada bulan mei tahun ini.
Selain gandum, jagung juga mengalami kenaikan harga 2.73% di level US$699,34 per bushel, atau masih lebih rendah dari capaian tertinggi tahun ini yang sempat menyentuh $812 per bushel pada bulan april.
“Yang perlu kita khawatirkan dampaknya ke tanah air adalah potensi kenaikan produk turunan dari komoditas yang tertahan tersebut, meskipun saya melihatnya tidak akan berpengaruh secara instan. Akan tetapi semakin lama Rusia menahan ekspornya, maka potensi lonjakan harga pangan seperti mie instan, biskuit, roti tawar, tepung hingga produk olahan rumah tangga mengalami kenaikan,” katanya.
Selain itu, yang perlu diwaspadai menurut Gunawan adalah adanya potensi kenaikan input biaya produksi pertanian karena pupuk juga berpeluang mengalami kenaikan. Dan di saat pupuk naik maka produk pertanian juga berpeluang untuk mengalami kenaikan nantinya. Jadi penangguhan ini akan bisa memberikan dampak serius pada terciptanya kenaikan laju tekanan inflasi di masyarakat.
“Sejauh ini, memang belum begitu dirasakan (kenaikan jagung dan gandum), dan saya sendiri juga belum melihat adanya potensi kenaikan produk turunan dari komoditas tersebut di tanah air setidaknya dalam 1 bulan mendatang. Bahkan untuk harga jagung sendiri di tingkat pembeli akhir (industri pakan ternak) berada dikisaran harga Rp4.500 per kg saat ini. Dan dampak kenaikan harga jagung dunia tidak akan linier meskipun tetap perlu diwaspadai,” jelasnya.
Jadi harga daging ayam maupun telur ayam masih akan bergerak stabil dengan potensi mengalami penurunan. Dari pantauan PIHPS, di Kota Medan sendiri harga daging ayamnya cukup stabil dengan kecenderungan turun dikisaran Rp27.600 per Kg nya, meskipun di wilayah Jawa beberapa provinsi seperti Jakarta dan Jawa Timur mencatatkan sedikit kenaikan harga pada daging ayam.
“Untuk harga telur ayamnya kompak mengalami sedikit penurunan, dan saya menilai kebijakan yang diambil Rusia ini belum akan memicu terjadinya krisis pangan di tanah air. Karena sumber bahan makanan utama kita itu beras, dan cukup resilent terhadap fluktuasi harga beras dunia. Namun kita harus bersiap dengan potensi ancaman kenaikan harga pangan saat ini, bukan hanya inflasi tetapi potensi gangguan operasional perusahaan seiring dengan kenaikan biaya input produksi,” pungkasnya. (wol/eko/d1)
Discussion about this post