Di samping itu, Sigit mengatakan, setelah merdeka Indonesia terus menghadapi tantangan yang akan terus ada untuk berupaya memecah belah. Termasuk menggantikan Pancasila hak itu telah mencoba mengoyak kesatuan bangsa.
Seperti gerakan pemberontakan PKI Madiun, DI TII, G30S PKI, Permesta PRRI, GAM, RMS, dan berbagai kelompok yang ingin lepas dan mengganti dasar negara. Namun hal itu tak bisa. “Karena Pancasila dilahirkan lewat sejarah panjang dan NKRI yang paling cocok dengan bangsa kita,” ujarnya.
Tantangan berikutnya, adalah paham radikal yang tidak cocok dengan masyarakat dan budaya Indonesia yang terus bertumbuh. Dikatakan, langkah preventif dan humanis untuk menumpas ini, terus dilakukan Polri guna menjaga toleransi di masyarakat.
Penegakan hukum dipilih jadi alternatif terakhir. Karenanya, upaya moderasi beragama jadi sangat penting tumbuh dan berkembang di masyarakat. “Moderasi beragama mari kita sebarkan untuk menjaga dan mempertahankan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara,” ajaknya.
Tantangan lainnya yakni krisis kesehatan sampai resesi ekonomi yang belum bangkit pasca Pandemi, hingga perang Rusia-Ukraina yang memunculkan krisis pangan, energi, ekologi, hingga sosial. Untuk menghadapi ini, seluruh pihak wajib kolaborasi dan sinergi.
“Belum lagi, ada varian baru. Masalah nggak habis-habis. Rusia-Ukraina tidak selesai-selesai. Situasi dunia yang tak menentu ini harus diantisipasi dengan persatuan,” tambahnya.
Ancaman terhadap generasi juga terus terjadi. Seperti penyalahgunaan narkoba yang bahkan sudah masuk dan melibatkan oknum Polri tingkat tinggi. Jenderal Listyo berjanji akan menindak tegas.
Discussion about this post