MEDAN, Waspada.co.id – Pengurus Koordinator Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PKC PMII) Sumatera Utara menyampaikan dukacita atas jatuhnya seratusan korban jiwa dalam tragedi Stadion Kanjuruhan Malang.
Diketahui, laga ini mempertemukan Arema FC vs Persebaya pada Sabtu (1/10) malam.
Hal ini disampaikan Ketua PKC PMII Sumut Muhammad Tarmizi dalam keterangan persnya, Minggu (2/10).
PKC PMII Sumut menilai tragedi memilukan ini semestinya tidak perlu terjadi, apabila Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) jeli dalam mengatur regulasi jadwal pertandingan.
“Pada musim lalu Liga Indonesia dimainkan pada sore hari. Terutama untuk pertandingan dengan rivalitas tinggi. Tapi panitia PT LIB, PSSI yang bekerjasama dengan Televisi memutuskan untuk memainkan pertandingan di malam hari demi meningkatkan jumlah rating penonton di televisi dan demi uang,” ucapnya.
Di samping itu, kata Tarmizi, PSSI tidak pernah memberikan larangan kepada panitia lokal untuk menjual tiket sesuai jumlah kapasitas stadion, dan PSSI sengaja membuat penonton yang hadir di stadion membludak terutama dalam laga-laga krusial dan panas seperti laga Arema FC Vs Persebaya ini.
Selain itu, Kata Tarmizi, PSSI juga tidak pernah memberikan edukasi Standar Operasional Prosedur (SOP) kepada pihak keamanan (Kepolisian dan TNI) tentang cara mengamankan kericuhan dalam sepakbola.
“Sehingga aparat kepolisian melakukan kesalahan prosedur dalam menangani para supporter yang kecewa atas hasil pertandingan dengan menembakkan gas air mata,” katanya.
“Padahal jelas penggunaan gas Air mata tersebut dilarang oleh FIFA. Dalam Stadium Safety and Security Regulation Pasal 19 menegaskan bahwa penggunaan gas air mata dan senjata api dilarang untuk mengamankan massa dalam stadion,” terang Tarmizi lagi.
Lanjut Tarmizi, ini murni dan jelas kesalahan dari PT Liga Indonesia Baru (PT LIB) PSSI. Sejak awal sebenarnya panitia sudah mengkhawatirkan pertandingan ini dan meminta kepada LIB agar pertandingan dapat dilaksanakan pada sore hari untuk meminimalisir resiko.
“Tapi sayangnya pihak Liga menolak permintaan tersebut dan tetap menyelenggarakan pertandingan pada malam hari,” ujarnya.
Menanggapi persoalan ini, PKC PMII Sumut mendesak Mochamad Iriawan segera mengundurkan diri sebagai Ketua Umum PSSI, ini tragedi yang paling mencekam terjadi dalam sepakbola tanah air.
Selama menjadi Ketua Umum PSSI, Iwan Bule layaknya politisi yang sedang berkampanye, hampir di setiap pertandingan lokal maupun internasional wajahnya selalu terpampang di layar display yang ditempatkan di pinggir lapangan.
“Dia gagal menjadikan sepakbola tanah air bangkit dan maju pesat, jalan keluarnya adalah harus mundur jika memiliki hati dan nurani atas tragedi ini, sebab tidak ada sepakbola seharga nyawa manusia,” terangnya.
Ia juga mendesak Presiden Jokowi mengevaluasi kinerja Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali
“Tragedi tersebut bukti kegagalan dari manajemen sepakbola di Indonesia, dan yang paling bertanggungjawab adalah Menpora Zainuddin Amali,” pungkasnya. (wol/ari/d2)
Discussion about this post