PEMATANGSIANTAR, Waspada.co.id – Ketua BEM Universitas HKBP Nomensen Pematangsiantar, Toni Simanjorang, menyayangkan tindakan represif kepolisian saat melakukan pengamanan aksi penolakan harga bahan bakar minyak (BBM).
Pasalnya, aksi unjuk rasa yang tergabung dalam Cipayung Plus Kota Pematangsiantar terjadi bentrok dengan pihak kepolisian, Senin (5/9). Akibatnya, dua orang mahasiswa harus dibawa ke rumah sakit.
“Kami membakar ban dan langsung dipadamkan polisi. Anehnya, setelah api padam polisi menyemprotkan air ke mahasiswa yang berdemo,” kata Toni saat dikonfirmasi, Rabu (7/9).
Menurut Toni, dari awal aksi berjalan dengan baik, mereka tidak ada melakukan tindakan yang aneh-aneh. Massa menyampaikan aspirasi seperti biasa untuk meminta tanggapan dari DPRD Pematangsiantar sesuai tuntutan.
“Saya berjarak kurang lebih dua meter dari polisi. Tiba-tiba gas air mata diarahkan ke saya persis di alat vital saya dan celana yang saya pakai robek akibat api gas air mata,” ujarnya.
Toni mengaku, karena kejadian itu dirinya sempat dilarikan ke rumah sakit. Dirinya yang juga kader Perhimpuan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) mengutuk keres tindakan aparat kepolisian.
“Dari rumah sakit sudah diizinkan pulang, tapi saya perlu cek lagi apakah tembakan itu berpengaruh pada bagian yang sensitif,” ungkapnya.
“Tindakan itu merupakan tindakan semena-mena. Jadi, kami berencana akan melakukan aksi ke depan dengan massa yang lebih banyak sampai harga BBM kembali normal dan menuntut oknum polisi diproses sesegera mungkin,” pungkasnya. (wol/man/d1)
Editor: FACHRIL SYAHPUTRA
Discussion about this post