MEDAN, Waspada.co.id – Sejak operasi militer Rusia ke Ukraina, harga gandum memang mengalami kenaikan yang cukup signifikan, hampir dua kali lipat kenaikannya.
Harga gandum yang sempat berada dikisaran 780-an US Dolar per bushel, meroket hingga mendekati 1.300 US Dolar per bushel hanya dalam kurun waktu sekitar dua bulan.
Ekonom Sumut, Gunawan Benjamin memandang yang dikhawatirkan memang terjadi kenaikan harga produk turunan dari gandum seperti mie instan, tepung, biskuit, roti dan sejumlah produk turunan lainnya.
“Kalau untuk roti sendiri, harganya sudah mengalami kenaikan sekitar 15% di bulan juni lalu. Dan kalaupun ada rencana kenaikan harga produk mie instan yang mencapai 3 kali lipat, saya pikir masuk akal,” tuturnya, Rabu (10/8).
Meskipun pada dasarnya harga gandum pada saat ini sudah kembali ke posisi harga dibulan februari, yang berada dikisaran 788 US Dolar per bushel. Sehingga rencana menaikkan harga mie instan sebesar 3 kali lipat saya pikir tidak akan dilakukan jika menimbang fluktuasi pada harga gandum tersebut.
“Saya sangat yakin dengan fluktuasi pada harga gandum belakangan ini, perusahaan mie instan tidak akan lantas dengan mudah menaikkan harga,” terangnya
“Belum tentu juga akan dinaikkan oleh semua perusahaan mie instan. Saya yakin perusahaan akan mempertimbangkan fluktuasi pada harga gandum tersebut, tetapi kalau menaikkan harga sampai 3 kali lipat ini masih jauh dari kemungkinan. Tidak semudah itu menaikkan harga di tengah kodisi ekonomi yang serba sulit belakangan ini,” katanya lagi.
Ditambah lagi produsen mie instan ini kan ada banyak, jadi tidak mudah menaikkan harga jual kalau yang lainnya justru tidak melakukan. Memang ada beberapa perusahaan yang mendominasi pasar mie instan. Tetapi perusahaan tersebut tentunya juga mempertimbangkan elastisitas barang yang dijualnya. Karena kenaikan harga 3 kali lipat itu bisa menggerus pasar yang dimiikinya.
“Selain itu harga gandum juga udah turun. Perusahaan akan pakai cara yang lain untuk mensiasati fluktuasi tersebut, salah satunya bisa saja dengan melakukan transaksi berjangka untuk memenuhi kebutuhan gandum. Sehingga kebutuhan gandum tetap bisa dipenuhi dengan harga yang terukur meskipun terjadi kenaikan harga gandum kedepan,” tandasnya. (wol/eko/d2)
Discussion about this post