MEDAN, Waspada.co.id – Ketua Ikatan Atlet Nasional Indonesia (IANI) Sumatera Utara, Lamhot Simamora meminta KONI Sumut untuk gerak cepat mematangkan persiapan sebagai tuan rumah Pekan Olahraga Nasional (PON) 2024 bersama Aceh.
“Harusnya memang KONI Sumut gerak cepat. Ada hal yang tidak memerlukan anggaran, tapi tidak dilakukan KONI, misalnya ada pengprov yang kisruh harus cepat diselesaikan. Karena kalau hal itu sudah selesai, mereka bisa membina dengan lebih fokus,” kata Lamhot, Rabu (29/6).
“Sebagai tuan rumah, mestinya Sumut bisa menempati posisi 5 besar, karena ini marwah. KONI Sumut harus banyak membuat try out untuk atlet yang sudah pelatda, ada promosi degradasi di situ. Tempo dua tahun gak segampang itu. Apalagi banyaknya kisruh pengprov cabor yang bermasalah, seperti renang, tinju, bulu tangkis hingga teranyar tenis,” ujarnya.
“Aceh sudah gerak cepat, lalu di Papua kita di bawah Aceh. Sementara Jawa Barat, Jatim kita berat, dan Palembang juga serius. Kalau gak sanggup bisa sinergi, kami mantan-mantan atlet bisa kasih masukan,” bebernya.
Diakui, banyak lumbung cabor medali kini tertidur dan sibuk dengan dualisme kepengurusan. Ia juga mengingatkan para pemimpin pengprov cabor untuk serius.
“Renang itu lumbung medali, ada tinju juga. Dulu kalau lawan sudah diundi jumpa Sumut pasti gemetar. Sekarang biasa saja,” katanya.
Lantas, kata Lamhot, pimpinan pengprov harus berkorban dan siap untuk membuat try out atlet-atletnya. Jangan hanya andalkan uang dari APBD KONI.
“Kalau di cabor tinju bisa kirim ke Thailand karena memang ke Kuba kan mahal. Mereka sering buat even kok,” tambah mantan juara OPBF ini.
Lamhot juga meminta KONI Sumut bisa mendengar masukan dari mantan atlet. Apalagi mereka yang punya pengalaman bagaimana cara untuk mendapat medali.
“PON ini gak sama dengan kejurnas. KONI Sumut jangan hanya andalkan teori. Dengar masukan dari mantan atlet. Karena soal praktiknya atletnya yang tahu,” bebernya.
Mantan atlet polo air nasional, Tengku Rinel Rizal mengatakan akan sulit meraih prestasi di cabang akuatik jika pembinaan tak diterapkan dengan baik.
“Sebagai mantan atlet saya lihat dari seleksinya saya lihat agak pesimis. Untuk meraih emas PON itu tidak mudah. Jenjangnya harus jelas, dari pemula, junior ke senior. Saya juga tidak tahu apakah atlet-atlet ini pernah latih tanding,” kata Tengku Rinel.
Peraih medali emas PON tiga kali ini menceritakan pengalamannya digembleng dengan keras dulu bersama atlet-atlet lainnya.
“Pengalaman saya, dulu renang 100 meter saja kami harus di bawah satu menit. Selain itu juga menggunakan bola besi yang berat dan juga dikasi ikat pinggang pemberat, begitulah latihan beratnya. Kita saja untuk polo air sudah tidak lolos kualifikasi di PON terakhir,” pungkasnya. (wol/asred/rls/d1)
Discussion about this post