BINJAI, Waspada.co.id – Orangtua MIA (11 th), korban yang meninggal dunia pada Selasa, (24/5/22) lalu, menduga kematian anaknya penuh kejanggalan.
“Saya melihat kupingnya membiru, bibirnya pucat dan badannya memerah saat menghembuskan nafas terakhir,” kata Santy, kepada wartawan, Kamis (9/6).
Disebutnya, 10 hari setelah pemakaman korban, datang salah satu teman sekolahnya dan mengadukan kejadian sebenarnya.
“Kata temannya korban dikeroyok dan dipukuli teman-teman sekelas pada Sabtu (21/5/22) lalu lantaran tidak terima korban mencatat nama-nama yang ribut di kelas untuk diserahkan ke guru,” katanya lagi.
MIA yang sebelumnya bersekolah kelas 5 di salah satu SD di Jalan Umar Baki, Kelurahan Payaroba, Kecamatan Binjai Barat, sempat mengeluh sakit dan lemas serta muntah mencret usai pulang sekolah.
“Saya kira anak saya ini sakit biasa atau masuk angin, maka saya berikan obat warung dan bubur. Setelah menjalani perawatan di rumah kondisi tubuhnya terus memburuk, demam, lemas hingga nafsu makannya berkurang,” bebernya.

Ibu korban pun menduga bahwa anaknya jadi korban bully. Berdasarkan pengakuan teman sekelasnya korban dikeroyok. Saat itu, katanya, meski anak saya muntah-muntah, mereka (teman sekelas) masih terus memukuli dada, punggung, paha dan kepala korban.
“Maka itu, saya menduga meninggalnya anak saya (MIA) lantaran di-bully dan dikeroyok oleh teman-temannya. Bahkan ketika saya mendatangi sekolah, semua pelaku mengakui perbuatannya bahwa telah mengeroyok anak saya. Apalagi pengakuan itu diucapkan dan disaksikan di hadapan guru mereka,” kata Santy.
Santi menambahkan, sebelum peristiwa terjadi, ternyata korban selalu mendapat Bully-an hingga pemukulan fisik oleh teman-temannya. Bahkan, sepeda korban juga menjadi sasaran hingga dirusak.
“Memang sudah sering dipukuli, ban sepedanya dikoyak, tapi korban ini tidak berani mengadu karena dapat ancaman dan takut dikeluarkan dari sekolah,” ungkap dia.
Santi membeberkan, ironisnya pihak sekolah menantangnya untuk memperpanjang masalah ke Dinas Pendidikan Kota Binjai hingga ke pihak kepolisian.
“Saya sempat datang bertemu dengan pihak sekolah untuk mempertanyakan masalah ini. Tapi mereka menantang, dengan nada tinggi pihak sekolah menyuruh saya membawa masalah ini ke Dinas dan pihak kepolisian,” cetusnya.
Padahal, Santy bilang sebenarnya tak ingin membawa persoalan ke jalur hukum. “Tujuan saya hanya ingin mereka (para terduga pelaku) dikeluarkan saja, karena saya takut ada korban selanjutnya, namun pihak sekolah menantang dan tidak mau, makanya masalah ini akan saya bawa ke jalur hukum,” pungkasnya. (wol/rid/d1)
Editor AGUS UTAMA
Discussion about this post