JEMBER, Waspada.co.id – Peristiwa aneh menghebohkan masyarakat Jawa Timur. Ada sebuah gelas yang ditemukan di dalam tubuh seorang warga Dusun Rowo Tengu, Desa Sidomulyo, Kecamatan Semboro, Jember.
Kejadian yang tak masuk akal itu menimpa seorang pria bernama Nurlasiadi. Bahkan, gelas yang ditemukan dalam tubuh Nurlasiadi terbuat dari bahan kaca, Bunda.
Nur Lasiadi, pria asal Desa Sidomulyo, Kecamatan Semboro, Jember, membuat menghebohkan warga. Pasalnya di dalam perutnya ditemukan gelas kaca yang bagian bibir gelasnya telah pecah.
Temuan gelas kaca di dalam perut pria di Jember, sempat membuat heboh masyarakat. Sebab jika dipikir hampir mustahil benda tersebut tiba-tiba bersarang di perut orang.
Juru Bicara Rumah Sakit Daerah (RSD) Balung Jember Doddy Radhi mengatakan, awalnya pasien mengeluh tidak bisa berjalan dan duduk. Pasien merasakan sakit yang luar biasa Ketika aktivitas itu dilakukan.
“Setelah kita lakukan pemeriksaan hingga uji laboratorium hasilnya normal. Penyebab baru diketahui setelah pasien foto rontgen. Terlihat ada benda seperti gelas di area pinggul,” ujar Doddy Radhi.
Tim dokter memutuskan untuk mengambil tindakan operasi. Awalnya rencana pembedahan dari depan atau operasi besar. Namun Tindakan itu urung dilakukan. Pertimbanganya benda menyerupai gelas itu lebih dekat pada anus.
“Sehingga operasi diputuskan dari area rectum. Proses operasi berlangsung hingga dua jam,” tambah Doddy.
Karena operasi dilakukan lewat area belakang maka anastesi yang diberikan juga regional. Yakni dari pinggul ke bawah. Sementara operasinya dilakukan dengan sayatan lubang rektal atau anus agar lebih besar.
“Begitu lebih besar dan tampak gelasnya, kemudian dokter menarik benda tersebut dari tubuh pasien. Di bagian dalam ada luka lecet-lecet,” tambah Doddy.
Fakta-fakta mengenai penemuan gelas kaca di perut pria Jember:
1. Sempat cari pertolongan ke orang pintar
Saat pertama kali merasakan sakit perut, Nurlasiadi mengaku tidak terlalu mengkhawatirkannya. Ia hanya mengira nyeri tersebut hanya merupakan sakit biasa. Namun lama kelamaan, sakitnya menjadi semakin hebat.
Nurlasiadi juga merasakan sakit yang berbeda di perutnya. Namun sayang, Nurlasiadi tak memiliki biaya untuk periksa ke rumah sakit.
Pria 35 tahun itu kemudian mencoba berbagai macam pengobatan alternatif. Mulai dari mendatangi mantri hingga orang pintar, Bunda.
“Saya sakit kurang lebih tiga bulan. Merasakan nyeri dan meriang (akibat sakit pada bagian perut). Untuk berobat saya periksa bawa ke mantri awalnya. Saya tidak periksa ke rumah sakit karena tidak punya biaya,” ungkapnya.
Nurlasiadi juga sempat menduga bahwa ia terkena santet, Bunda. Hanya saja, ia tak mengetahui motif santet dan siapa orang yang mengirimkannya.
“Saya tidak punya musuh, tapi kok masih ada orang tega melakukan hal itu (kiriman santet) kepada saya. Sedangkan saya orang tidak punya,” katanya sambil menangis.
Sebelumnya, Nurlasiadi hanya mencari uang dengan bekerja di pabrik roti yang berlokasi di dekat perbatasan Lumajang.
Namun sejak merasakan sakit, ia terpaksa berhenti kerja. Uangnya pun habis untuk membayar biaya pengobatan alternatif.
Kondisi Nurlasiadi yang terbaring sakit di rumah akhirnya diketahui oleh seorang relawan kemanusiaan. Ia pun dibawa ke RSD Balung untuk diperiksa.
2. Ditemukan gelas di dalam anus
Setelah dibawa ke dibawa ke RSD Balung untuk diperiksa, Nurlasiadi melakukan rontgen untuk mengetahui benda apa yang bersarang di perutnya.
Ia dan dokter pun terkejut ketika melihat ada gelas berukuran 8 cm dan diameter 3 cm di bagian anus, Bunda.
Nurlasiadi harus melakukan operasi untuk mengeluarkan gelas tersebut, Bunda. Ia ditangani oleh tim dokter anestesi dan dokter bedah. Saat dikeluarkan, gelas sudah berada dalam kondisi pecah di bagian ujung.
“(Gelas) bukan di perut tengah, tapi di dekat anus atau dubur. Ada dua dokter yang menangani, anestesi dan bedah. Operasi memakan waktu 1-2 jam,” papar Kepala Humas RSD Balung, dr Doddy Radi Sakti.
3. Penjelasan dokter
Sejak berita Nurlasiadi menyebar di lingkungan tempat tinggalnya, banyak tetangga percaya bahwa ia terkena santet. Pasalnya, warga di sekitar tempat tinggal Nurlasiadi masih mempercayai ilmu santet.
“Kalau ada gelas kaca dalam perut, kebanyakan kalau di daerah sini masih percaya ilmu santet itu ada,” ujar Ketua RW Dusun Rowotengu, Muhammad Budi Utomo.
Meski begitu, pihak dokter juga mencoba menjelaskan peristiwa ini dari sisi medis.
“Kalau dari sisi medis, kami tidak mengenal istilah santet ya. Jika ada benda asing dalam tubuh itu namanya corpus alienum,”
“Yaitu benda yang berasal dari luar tubuh, normalnya memang tidak ada di dalam tubuh kita,” kata Spesialis Penyakit Dalam RS Darmo Surabaya, dr Brinna Anindita SpPD.
Menurut dr Brinna, kasus ini perlu ditelaah lebih dalam apakah ada kemungkinan memasukkan benda asing ke dalam tubuh pasien. Dr Doddy juga menduga bahwa gelas tersebut dimasukkan ke dalam anus. Namun hingga saat ini tidak ada pengakuan dari pasien, Bunda.
“Secara logika kedokteran ya begitu. Tapi tidak ada pengakuan dari pasien,” kata dr Doddy.
Setelah gelas dikeluarkan dari anus, pasien masih memerlukan terapi lanjutan untuk memulihkan tubuhnya.
4. Nurlasiadi ingin kembali cari kerja
Setelah menjalani operasi untuk mengeluarkan gelas dari tubuhnya, Nurlasiadi sudah bisa merasa sedikit lega. Ia merasa tubuhnya terasa lebih membaik.
“Enakan sekarang setelah dioperasi. Kemarin rasanya agak ganjal, sakit di bagian perut. Sekarang enakan,” kata Nurlasiadi ketika ditemui di rumahnya di Dusun Rowo Tengu, Desa Sidomulyo, Kecamatan Semboro.
Ketika mengetahui ada gelas yang dikeluarkan dari tubuhnya, ia mengaku juga ikut terkejut. Namun saat ini ia berharap agar cepat pulih dan bisa kembali mencari pekerjaan.
“Kaget (ada gelas), pak. Harapannya sehat kembali seperti dulu. Cari kerja lagi,” ujarnya.
Kendati demikian, Nurlasiadi membantah dugaan bahwa ia memasukkan sendiri gelas kaca itu ke dalam tubuhnya lewat anus.
“Enggak lah, buat apa saya melakukannya (memasukkan gelas lewat anus). Kan jelas-jelas sakit,” bantahnya.
5. Pasien perlu terapi lanjutan
Meski gelas di dalam tubuhnya sudah dikeluarkan, Nurlasiadi masih harus menjalani proses pemulihan. Ia juga disarankan untuk melakukan terapi lanjutan karena sempat tidak bisa bangun selama tiga bulan.
“Kalau memang mengeluhkan seperti itu (tidak bisa bangun tiga bulan), apalagi lebih dari 2×24 jam, ya harus direhabilitasi,” kata dr Martha Kurnia Kusumawardani SpKFR(K).
Setelah terbaring lemas selama tiga bulan, tubuh Nurlasiadi kini perlu dilatih pelan-pelan agar dapat pulih seperti sedia kala. Selain itu, pasien juga harus kembali melatih buang air besar.
“Pasien harus dibiasakan duduk aktif, berdiri, jalan, makan, mandi, sampai buang air kecil (BAK) dan buang air besar (BAB). Itu termasuk kondisi imobilisasi lama (keterbatasan gerak fisik dalam waktu yang lama),” imbuhnya.[lp6/dtk/wol/w1n]
Discussion about this post