MEDAN, Waspada.co.id – Sepakbola Sumatera Utara harus bangkit dan mengembalikan marwah yang dulunya berprestasi dan kerap menyumbangkan pemain ke skuad Timnas Indonesia.
Hal ini dinyatakan dalam diskusi Membangun Masa Depan Sepakbola Sumatera Utara ‘Menuju PON 2024’ di Medan, Sabtu (6/3). Hadir sebagai pembicara Mulyadi Simatupang selaku Manajer PSMS Medan, eks Manajer PSMS 2010-2012 Benny Tomasoa, Mantan Wali Kota Medan Rahudman Harahap, serta pengamat sepakbola Rafriandi Nasution.
Benny Tomasoa mengakui jika saat ini sepakbola Sumut sudah bisa dikatakan tertinggal dari daerah lain, khususnya Pulau Jawa. Tentu hal ini segera harus dibenahi, dan sepakbola Sumut harus mampu berprestasi ke depan, terutama saat Sumut menjadi tuan rumah PON 2024 mendatang.
“Kita ketahui bersama jika pesepakbola Sumut memiliki prestasi yang baik dan kerap menjadi penghuni skuad Timnas Indonesia. Jadi seharusnya sepakbola Sumut, bisa berprestasi di tingkat nasional,” terangnya.
Dirinya mengakui bahwa salah satu alasan ingin maju sebagai Ketua Asprov PSSI Sumut dikarenakan ingin melakukan perubahan, dan perubahan ini tentunya harus dilakukan secara bersama-sama bukan per orangan.
Khusus untuk sepakbola inikan perubahan yang mesti dilakukan perubahan yang besar, artinya bagaimana ke depan sepakbola Sumut ini bisa berprestasi. “Siapapun nanti yang terpilih sebagai ketua asprov, organisasi PSSI mestilah dikelola dengan baik dan profesional,” pintanya.
Hal senada dikatakan Rahudman Harahap yang menilai hal utama yang harus dilakukan adalah rasa memiliki terhadap sepakbola. Hal ini tak terpatri hanya pada pengurus saja.
“Kita semua harus ikut merasa memiliki terhadap sepakbola Sumut. Bagaimana kita berjuang, berbuat. Buat pelatihan wasit yang baik, berkualitas,” katanya.
Rahudman menegaskan, langkah cepat harus dilakukan untuk menyiapkan diri menghadapi PON 2024 saat Sumut dan Aceh menjadi tuan rumah. Ia menilai, sejatinya pengurus yakni Asprov PSSI Sumut memiliki waktu penuh untuk mengurus sepakbola di daerah ini.
“Ke depannya pengurus Asprov PSSI Sumut punya waktu dan ruang untuk mengabdi. Saya ingin sepakbola ini menjadi idola di Sumut terutama menghadapi PON mendatang,” tegasnya.
Sementara itu, Manajer PSMS Mulyadi Simatupang pun mengakui bila tantangan berat sepakbola di Sumut untuk mengembalikan prestasi yang dulunya kerap diraih. Mulyadi menilai, ada tiga hal yang harus menjadi fokus pembenahan.
“Ada 3 yang harus menjadi fokus, manajemen organisasi, kompetensi SDM dan pendanaan,” katanya.
Mulyadi menyebutkan, fokus tersebut harus adanya aksi nyata kolaborasi antara pengurus, pemerintah, juga peran penting masyarakat.
“Harus ada kolaborasi antara pemerintah, swasta dan masyarakat juga. Tidak boleh kerjasama sendiri harus saling mendukung, satu tujuan untuk sepakbola,” jelasnya.
Dirinya juga mengakui bila regenerasi pemain asal Sumut masuk dalam skuad merah putih pun tak ada lagi. Hal ini pun patut menjadi koreksi penting bagi penggiat sepakbola. Hal yang sama juga kompetisi yang tak berjalan.
“Kompetisi mati suri di Sumut. Tidak ada kompetisi secara berjenjang. Sehingga bagaimana pemain kita seperti di Jawa, usia 17 sudah masuk Timnas. Ini kelemahan kita,” tutup Mulyadi. (wol/ari/d1)
Discussion about this post