MEDAN, Waspada.co.id – Kebijakan penghapusan syarat berpergian yang tidak lagi mengharuskan tes PCR dan antigen bagi yang sudah pernah divaksin dua kali mendapatkan respon positif.
Tentunya ini menjadi kabar baik bukan hanya kepada perusahaan jasa transportasi saja. Tetapi hal ini juga akan menjadi kabar baik bagi destinasi wisata yang ada di setiap daerah.
Ekonom Sumut, Gunawan Benjamin menuturkan tentunya kebijakan tersebut bisa mengurangi beban maskapai penerbangan yang sempat terpukul dengan penurunan aktifitas bisnis seiring dengan pandemi Covid 19.
“Tingkat kunjungan wisatawan akan meningkat dengan kebijakan tersebut. Industri lainnya yang mendukung juga berpeluang hidup. Seperti hotel, restaurant, hingga kuliner khas masing-masing daerah,” tuturnya, Kamis (10/3).
Pastinya, bagi yang sudah divaksin dua kali, maka pengeluaran untuk PCR atau antigen sudah tidak ada lagi. Hanya saja tidak menjamin bahwa pengeluaran untuk menggunakan jasa transportasi udara, laut maupun darat tersebut akan otomatis terpangkas.
“Hal ini dikarenakan biaya yang dikeluarkan oleh penyedia jasa transportasi tersebut akan dihitung ulang. Ditambah lagi ada penambahan beban pengeluaran akibat kenaikan harga minyak mentah dunia,” ungkapnya.
“Yang jelas-jelas akan membuat penyedia jasa transportasi menaikkan harga tiket, terlebih jasa transportasi udara, kalau ditanya apakah minat masyarakat untuk berpergian meningkat dengan penghapusan kebijakan tersebut?, maka jawabannya sudah pasti iya,” katanya.
Gunawan menambahkan hanya saja antusias masyarakat akan dihadapkan dengan kelanjutan realita dari kebijakan ongkos pengguna jasa transportasi itu sendiri.
“Di tengah tekanan kenaikan harga minyak mentah dunia tersebut, saya justru mengkuatirkan kemungkinan ada kenaikan biaya lain yang nantinya akan dibebankan ke penumpang. Tetapi tetap saja penghapusan kebijakan wajib PCR dan Antigen tersebut patut diberikan apresiasi. Selama ini kerap ada dugaan miring terkait dengan kebijakan tersebut yang dinilai hanya menguntungkan sejumlah pihak tertentu,” tambahnya.
Tentu belum bisa memastikan berapa besar potensi kenaikan harga tiket di masing-masing perusahaan penyedia jasa. Selama ini, menurutnya banyak perusahaan jasa transportasi yang menyalakan mode bisnis hanya untuk sekedar bertahan hidup. Bukan lagi menargetkan keuntungan tetentu.
“Sehingga sudah pasti akan dihitung ulang kebijakan penghapusan PCR dan Antigen itu tadi. Dan penyesuaian harga tiket juga akan menyesuaikan harga BBM yang diatur pemerintah, tetapi saya yakin, realita dilapangan nantinya akan lebih mengarah kepada kemungkinan kenaikan harga tiket setelah kebijakan PCR dan antigen dihapuskan,” tandasnya. (wol/eko/d2)
Discussion about this post