MOSKOW, Waspada.co.id – Rusia mengaku tak berharap banyak menjelang antara Amerika Serikat (AS) dan negara-negara Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) terkait isu ketegangan di perbatasan Ukraina.
Pernyataan yang jauh dari kata optimistis itu disampaikan Deputi Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov, Minggu, (9/1).
Berbicara kepada kantor berita Interfax, Ryabkov mengatakan bahwa mengharapkan adanya “kemajuan” dalam pertemuan dengan AS dan NATO merupakan sesuatu yang “naif.”
Ryabkov akan turut berpartisipasi dalam pertemuan antara Rusia dan AS serta NATO di Jenewa pada Senin besok. Ia juga akan bertemu Deputi Menlu AS Wendy Sherman pada Minggu malam ini.
Pemerintah Rusia telah melayangkan serangkaian permintaan terkait isu Ukraina. Salah satu permintaan utama adalah agar NATO tidak memperluas pengaruh militernya di negara-negara Eropa tengah dan timur, termasuk Ukraina.
Moskow juga meminta NATO untuk tidak menerima pengajuan keanggotaan dari Ukraina dan negara-negara pecahan Uni Soviet lainnya. Sejauh ini, AS dan NATO terlihat menolak permintaan tersebut.
“Kami kemungkinan tidak akan menyetujui konsesi apapun,” sebut Ryabkov.
“Sinyal-sinyal dari Washington dan Brussels dalam beberapa hari terakhir sungguh mengecewakan,” sambungnya.
Pertemuan tingkat tinggi di Jenewa, di mana perwakilan Rusia akan bertemu delegasi NATO dan Organisasi Keamanan dan Kerja Sama Eropa (OSCE), bertujuan menurunkan ketegangan di perbatasan Rusia-Ukraina.
Ketegangan ini dipicu penumpukan pasukan Rusia dekat perbatasan Ukraina. AS dan NATO khawatir Rusia dapat sewaktu-waktu melancarkan invasi ke negara tetangganya itu.
Namun Kremlin berulang kali membantah tuduhan invasi, dan mengaku hanya ingin meminta jaminan keamanan dari AS dan NATO. Salah satu yang menjadi kekhawatiran Rusia adalah masuknya Ukraina ke NATO.
Meski saat ini tidak ada proses menuju ke arah sana, AS dan NATO membantah upaya Rusia dalam mendikte kebijakan luar negeri Ukraina.
Discussion about this post