MEDAN, Waspada.co.id – Harga beras di beberapa pasar tradisional di Kota Medan dan sekitarnya mengalami kenaikan sekitar Rp500 per Kg untuk semua jenis beras.
Merujuk data PIHPS, harga beras di pasar tradisional tersebut naik menjadi Rp9.500 hingga Rp13 ribu per Kg nya untuk semua jenis beras.
“Berdasarkan hasil penelusuran ke kilang padi, ada kenaikan harga gabah sekitar Rp400 per Kg nya. Inilah yang memicu kenaikan harga beras belakangan ini. Kenaikan harga gabah sudah berlangsung dalam satu bulan terakhir dan tentunya perlu diwaspadai. Karena kontribusi terhadap tekanan inflasinya sangat besar,” tutur Pengamat Ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin, Senin (17/1).
Diketahui harga beras memang harus bisa dikendalikan agar tidak memperkeruh masalah lainnya. Umumnya tidak akan terjadi kenaikan lagi setidaknya dalam satu tahun ke depan, akan tetapi, ada masalah di mana sejumlah harga kebutuhan pangan dunia mengalami kenaikan belakangan ini.
“Yang paling terlihat adalah kenaikan harga jagung, yang belakangan kerap memicu kenaikan harga daging ayam. Selain itu kenaikan harga jagung tersebut juga menjadi indikasi kemungkinan tren kenaikan harga bahan pokok lainnya termasuk gandum dan beras,” ungkapnya.
Di sisi lain, di pasar saat ini juga terjadi peningkatan permintaan pupuk dan pestisida yang tinggi. Sejak harga sawit naik tahun lalu. Harga pestisida di Sumut itu rata-rata mengalami kenaikan sekitar 50 persen dalam dua bulan terakhir bahkan dalam 4 bulan terakhir harga pupuk sudah melonjak sekitar 70 persen.
“Pemicunya sederhana, saat harga sawit mahal, petani banyak beralih ke tanaman sawit. Mereka yang sebelumnya mengabaikan tanaman sawit mulai merawat tanamannya dan perawatan tersebut membutuhkan pupuk maupun pestisida. Sayangnya petani di tanaman lain juga harus menanggung kenaikan harga pupuk dan pestisida tersebut,” ucapnya.
“Jadi jangan sampai kenaikan pupuk dan pestisida tersebut justru memicu kenaikan biaya produksi beras di tingkat petani. Pemerintah harus benar-benar memantau kondisi petani. Ini sangat penting dalam pengendalian harga beras di masyarakat. Kita lihat nanti harga beras sampai dengan menjelang Idul Fitri. Itu harga yang bisa kita jadikan tolak ukur untuk menilai tren harga beras selanjutnya,” tandasnya. (wol/eko/d2)
Discussion about this post