MEDAN, Waspada.co.id – Dedek (50 th), telah menjalankan bisnis pembuatan gitar sejak tahun 1990. Kemahirannya membuat gitar dipengaruhi lingkungan tempat tinggalnya, sehingga ia mampu mempelajari pembuatan gitar secara otodidak.
“Pada tahun 90-an lingkungan tempat tinggal saya jadi sentra pembuatan gitar. Jadi, sepulang sekolah saya melihat teman-teman bekerja membuat gitar. Ilmu pembuatan gitar saya peroleh secara otodidak yang terinspirasi dari melihat teman-teman yang bekerja membuat gitar,” kata Dedek kepada Waspada Online, yang ditemui di tempat usahanya Jalan Gatot Subroto, Gang Johar, Kecamatan Medan Petisah, Kota Medan,Sabtu, (15/1).
Selain mahir membuat gitar akustik dan elektrik, ia juga menjual jasa pembuatan alat musik bas, reparasi gitar dan segala jenis alat musik lainnya. Untuk menghasilkan satu unit gitar, ungkap alumni Universitas Medan Area ini, memakan waktu sampai 3 bulan, sedangkan untuk reparasi gitar hanya 2 sampai 10 hari.
“Harga gitar hasil buatan saya berkisar Rp2,8 juta untuk gitar akustik berbahan triplek. Untuk gitar kayu Rp7 juta-12 juta dan gitar elektrik dari Rp3,8 hingga Rp14 juta,” ungkapnya.

Untuk mempromosikan hasil karyanya, Dedek memanfaatkan media sosial seperti Facebook, Instagram dan Marketplace. “Beragam hasil produksi gitar yang saya buat sudah terpromosikan sampai Aceh, Pekanbaru, Nias hingga Australia,” ucap Dedek.
Selama masa pandemi Covid-19, dirinya mengaku, bisnis gitar yang dijalankannya mengalami penurunan omzet. “Sebelum ada pandemi Covid-19, omzet usaha bisa mencapai Rp10 juta sebulan. Sejak pandemi, omzet yang saya peroleh sekitar Rp5 jutaan saja,” tambahnya
Ia berharap, usahanya masih bisa bertahan dari persaingan produksi gitar impor dari luar negeri dan tetap maju dalam menjalankan bisnis gitar ke depannya. (wol/syifa/data3)
editor : FACHRIL SYAHPUTRA
Discussion about this post