MEDAN, Waspada.co.id – Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Sumatera Utara (Sumut) mengapresiasi komitmen Gubernur Sumut (Gubsu) Edy Rahmayadi menjadikan pers sebagai teman berpikir dalam melanjutkan pembangunan Sumut lebih bermartabat.
Ketua SMSI Sumut Ir.Zulfikar Tanjung mengatakan, apa yang dilakukan Gubsu merupakan sikap terpuji dan mencerminkan sosok birokrat yang matang. Ia juga mengapresiasi jiwa kepamongan Gubsu yang menggambarkan seorang negarawan sejati.
“SMSI optimis hubungan komunikatif Gubsu dan pers yang semakin produktif akan menghantarkan Sumut lebih eksis menghadapi tantangan pembangunan yang masih ekstrim dewasa ini,” kata Zulfikar, didampingi Wakil Ketua H Agus S Lubis, Ariadi, Sekretaris Erris J Napitupulu dan Bendahara Irwansyah, di Kantor Gubsu di Medan, Kamis (6/5).
Dia menilai, pernyataan yang disampaikan Gubsu saat pertemuan dengan wartawan di Aula Tengku Rizal Nurdin, Rumah Dinas Gubsu, Rabu (5/5). Merupakan keinginannya (Gubsu) menjadikan Pers sebagai teman berpikir. Menurutnya. Hal itu seharusnya direspon positif oleh jajaran pers daerah Sumut. Pada kesempatan itu Zulfikar juga mengatakan kesiapan SMSI untuk berkontribusi.
Lebih lanjut, Zulfikar mengungkapkan, pengurus SMSI Sumut yang hadir pada pertemuan itu dan selaku wartawan unit Pemprovsu. mengaku optimis hubungan dialogis Gubsu dan pers akan produktif. Selain itu, Zulfikar juga memberikan apresiasi kepada Kadis Kominfo Sumut, Irman Oemar yang memfasilitasi pertemuan tersebut.
“Jadi bukan untuk membanding-bandingkan apalagi mengkultuskan figur, namun sejarah kepemimpinan Sumut mencatat beberapa gubernur yang menjadikan pers sahabat berfikirnya relatif berhasil memimpin provinsi yang sangat dinamis ini,” ungkapnya.
Zulfikar yang merupakan wartawan senior di lingkungan Pemprovsu ini menyebutkan, nama pemimpin Sumut yang dikenal memiliki hubungan produktif dengan pers adalah Gubernur ke-12 dan ke-13 Sumut.
“Raja Inal Siregar dan Rizal Nurdin menjadi legendaris hingga saat ini dan menorehkan tinta emas bagi catatan sejarah pers di Sumut. Pak Raja Inal saat memimpin Sumut terang-terangan menyatakan pers adalah rujukan strategisnya dalam mengambil keputusan dan baginya pers adalah agen-agen intelijen untuk memperkaya khasanah pemikirannya memimpin Sumut,” ujarnya.
Sedangkan Rizal Nurdin, lanjut Zul, menyiapkan diri dalam waktu tertentu secara formal bertemu wartawan dengan agenda khusus mengkritik dirinya secara terbuka dalam hal apa saja tanpa perlu khawatir ketersinggungan bagi dirinya.
“Kita yakin Pak Edy Rahmayadi yang siap menjadikan pers sebagai teman berpikirnya akan lebih eksis memimpin Sumut karena sejarah telah menunjukkan dekat dengan pers akan lebih optimal membangkitkan partisipasi publik,” tuturnya.
Sementara itu. Sekretaris SMSI Sumut Erris J Napitupulu, menambahkan SMSI Sumut selaku organisasi pemilik media siber siap mengerahkan potensi wartawan di media siber masing-masing untuk mendukung komitmen Gubsu ini.
“Menjadikan pers teman berfikir merupakan pondasi tegaknya transparansi sehingga wajar direspon secara bijaksana oleh media demi lebih terjalinnya interaksi konstruktif dan saling mendukung,” katanya.
Erris juga meyakini, apabila Gubsu menjadikan media sebagai teman berfikirnya, maka dengan sendirinya akan memposisikan pemberitaan selalu objektif dan akurat. Menurutnya, media tersebut juga akan berhati-hati dan bersikap bijak dalam menyikapi informasi untuk menjadikan suatu berita.
Dia juga menyampaikan, SMSI selaku konstituen Dewan Pers dan mayoritas anggotanya sudah terverifikasi faktual, menaruh harapan besar atas sikap Gubsu. Tidak hanya untuk kepentingan pembangunan Sumut, melainkan juga bagi eksistensi pers secara kualitatif di Sumut.
Terakhir, Erris berharap, Gubsu tetap pada sikap yang telah ditunjukkannya selama ini, yakni selalu respon terhadap pers dan tidak alergi terhadap kritik. Ia juga berpesan terhadap anggota SMSI boleh mengkritik namun jangan cenderung bersikap kritis negatif, melainkan kritis konstruktif.
“Sebab rasanya aneh juga kalau media tidak memberitakan hal yang kritis terhadap yang dilakukan pemerintah, namun itu tadi, kami akan bersifat konstruktif. Kritik tidaklah bersifat personal, menuduh tanpa didukung oleh fakta dan bukti yang kuat atau di luar kerangka etika,” pungkasnya. (wol/man/data3)
Editor: Agus Utama
Discussion about this post