MEDAN, Waspada.co.id – Sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam Jaringan Mahasiswa Indonesia (JMI) berunjuk rasa di kantor Pertamina Regional I Sumbagut, di Jalan Putri Hijau Medan, Jumat (9/4).
Pengunjuk rasa tersebut meminta harga BBM diturunkan karena dinilai sangat membebani masyarakat, apalagi dalam kondisi pandemi Covid-19.
Tampak para pengunjuk rasa membentangkan spanduk dengan tulisan “Batalkan Kenaikan Harga BBM di Sumut.”
Koordinator aksi Ridwan Dalimunte, mengatakan sangat menyayangkan sikap Excekutif Genaral Manger Pertamina yang menaikkan harga BBM. Menurutnya hal tersebut sangat melukai hati masyarakat di saat kondisi ekonomi sedang terpuruk.
“Kita meminta Pertamina segera mengkaji ulang keputusan kenaikan harga BBM. Apabila hal itu tidak diindahkan, sebaiknya GM Pertamina mengundurkan diri saja,” ujarnya.
Pantauan Waspada Online, aksi tersebut berjalan damai, meskipun belum ada perwakilan pihak pertamina yang menemui pengunjuk rasa.
Sebelumnya, Pertamina Regional I Sumbagut menaikkan harga BBM senilai Rp200 perak, kenaikan tersebut mengacu kepada Peraturan Gubernur (Pergub) nomor 01 tahun 2021.
Unit Manager Communication, Relations, & CSR Regional Sumbagut, Taufiequrachman, menuturkan kenaikan BBM tersebut mengacu pada Pergub tentang Petunjuk Pelaksanaan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB).
Pertamina juga menyesuaikan dengan surat edaran Sekretaris Daerah Provinsi Sumut, tertanggal 01 April 2021, untuk melakukan penyesuaian harga khusus untuk BBM non subsidi di seluruh Wilayah Sumut.
“Adapun perubahannya adalah harga Pertalite dari Rp7.650 menjadi Rp7.850, Pertamax dari Rp9.000 menjadi Rp 9.200, Pertamax Turbo dari Rp9.850 menjadi Rp10.050, Pertamina Dex dari Rp10.200 menjadi Rp 10.450, Dexlite Rp9.500 menjadi Rp9.700, serta Solar Non PSO dari Rp 9.400 menjadi Rp9.600,” ujarnya.
Sementara itu, Gubernur Sumut, Edy Rahmayadi, menyampaikan tidak ada kewenangan Pemerintah Provinsi dalam menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), menurutnya kewenangan tersebut merupakan kebijakan pusat.
Dikatakan, kenaikan harga BBM tersebut sangat berpengaruh pada moneter, meskipun kebijakan tersebut dianggap tidak populis, namun kata Edy, negara juga harus hidup dan balance.(wol/man/data3)
Editor: SASTROY BANGUN
Discussion about this post