MEDAN, Waspada.co.id – Serda Lis Hendro Purwoto awak KRI Nanggala 402 ternyata putra kelahiran Medan. Prajurit berusia 37 tahun telah bertugas sejak 2005 di TNI AL ini mengisakkan duka mendalam bagi keluarga.
Suasana duka tampak terlihat di rumah peninggalan orangtua korban di Jalan Mangaan IV, Lorong Rahayu, Gang Rahayu 4, Kelurahan Mabar, Kecamatan Medan Deli.
“Adik kami Hendro sejak lulus TNI AL dan setelah menikah tinggal di Surabaya. Kami sangat terkejut, melihat di televisi adik kami ikut tenggelam di kapal itu,” cerita kakak kandung korban, Ririn Purwanti, Senin (26/4).
Sebelum musibah itu terjadi, wanita berusia 42 tahun ini sempat bermimpi dibawa ke suatu hutan belantara. Di dalam mimpi itu, Ririn merasa berada di dalam kegelapan dan kehilangan saudaranya.
“Dua hari sebelum kejadian aku ada mimpi. Rasanya di dalam mimpi itu dibawa ke hutan belantara kehilangan saudara. Rupanya mimpi ini menunjukkan adik bungsu saya jadi korban tenggelam kapal selam,” cerita kakak nomor 3 dari 7 bersaudara.

Hal senada juga dirasakan oleh Joko Purwono selaku abang nomor 4 dari 7 bersaudara ini. Ia mengaku, dua minggu sebelum musibah KRI Nanggala 402 tenggelam, adik bungsunya Hendro Purwoto sempat video call dengannya.
Dalam perbincangan melalui video, Joko sempat menanyakan kabar adiknya itu. Bahkan adiknya mengaku akan pergi berlayar untuk latihan perang. Dari situ, adiknya memberikan baji kaos dikirim ke Medan.
“Waktu saya video call, keponakan saya pas di Surabaya jumpai dia (korban). Pas keponakan saya pulang dititipi baju kaos, ini baju kenangan terakhir dari almarhum adik saya,” cerita Joko dengan nada sedih sambil menunjukkan bajunya.
Selama ini, katanya, adiknya sudah menikah dengan wanita bernama Imrah dan dikaruniai seorang anak berusia 7 tahun bernama Nabila. Mereka selama ini tinggal di Surabaya. Sejak menikah sampai saat ini, adiknya tidak pernah pulang ke tempat kelahirannya.
“Kami di sini semua dibesarkan. Waktu video call itu, adik saya sempat berjanji akan bawa istri dan anaknya ke Medan sehabis lebaran ini. Tapi, semua itu tidak ada lagi. Karena, adik kami itu sudah tiada,” ucap sedih Joko.
Sejak mereka mendengar kabar adiknya menjadi korban KRI Nanggala 402, keluarga melaksanakan salat gaib dan melakukan tahlilan di rumah. Harapan keluarga, semoga jenazah adik mereka dapat ditemukan dan bisa disemayamkan di rumah duka istrinya.
“Kami ikhlas dengan duka ini. Kami berharap agar jenazahnya bisa ditemukan, biar kami bisa melihat kuburannya,” sebut Joko di hadapan kerabatnya. (wol/ril/data3)
Editor: Agus Utama
Discussion about this post