BANDUNG, Waspada.co.id – Bandung merupakan kota yang dijuluki ‘Sejuta Kuliner’, berbagai masakan mulai dari tradisional hingga makanan mancanegara dapat dinikmati saat menjajaki Bumi Parahyangan ini.
Banyak masyarakat dari luar Bandung yang ‘berburu’ makanan khas ala Sunda. Karena makanan khas Sunda seakan menjadi menu wajib ketika mengunjungi Kota Bandung.
Terkait makanan Khas Sunda, terdapat salah satu tempat makan yang wajib dikunjungi bagi wisatawan jika berkunjung ke Bandung. Yaitu Warung Bu Eha, warung nasi tersebut berada di dalam Pasar Cihapit tepatnya berlokasi di Jalan Cihapit No.8 A Kota Bandung,
Eha (90 tahun) mengatakan warung tersebut sudah ada sejak jaman pendudukan Belanda tahun 1947.
“Sejak 47 dikelola orang tua saat masih ada belanda, dulunya ini lapang bukan pasar,” ujar Eha, Minggu, (21/2).
Ia pun menambahkan bahwa dirinya merupakan generasi kedua dan mulai mengelola pada tahun 1960-an.
Tampilan Warung Bu Eha ini tidak jauh berbeda dengan warung lainnya, hanya berupa bangunan sederhana dengan ciri khas tergantung foto Presiden RI pertama Soekarno serta Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dibagian dinding warung tersebut.

Eha pun mengatakan, anak-anak Presiden Soekarno sering makan di warungnya, bahkan Ridwan Kamil pun belum lama ini mengunjungi warung miliknya.
Menu yang disuguhkan di Warung Bu Eha ini bervariasi, mulai dari daging gepuk, rendang, perkedel kentang, kepala kakap, ikan goreng, ayam goreng, tempe, dan tahu. Adapun olahan aneka pepes seperti pepes telur asin, pepes ikan mas, hingga pepes jamur.
Tak lengkap rasanya jika tidak membahas sambal khas Sunda di warung ini. Terdapat aneka sambal yang menggugah selera seperti sambal dadak, sambal leunca, dan sambal karedok. Penasaran kan?

Seorang pelanggan setia warung bernama Anton, mengatakan sudah sering berkunjung sejak dirinya kuliah pada tahun 1973 saat dirinya masih sebagai mahasiswa. “Dulu itu banyak mahasiswa ke sini, dan dulu warungnya di depan berjejer dua, sekarang sudah di dalem Pasar Cihapit,” ungkapnya.
Ia pun mengungkapkan, dirinya dulu sering menghutang ke Bu Eha pada saat kuliah bersama teman-temanya.
“Dulu itu kalo mau makan tinggal nulis aja di bon nanti bayar kalo pas ada uang bayaran kos, kalo uang bayaran kos kita pas ya terpaksa kita ngutang lagi bayarnya bulan depan,” ungkap Anton kepada Waspada Online Jabar.
Sementara itu, anak kelima Bu Eha, Yusuf mengatakan rahasia dari Warung Bu Eha ialah dengan tidak memakai micin (pelezat buatan) sehingga banyak wisatawan yang kembali karena masakan di warung ini kelezatannya yang alami.
“Kita mempertahankan cita rasanya, jadi memang dari awal kaya minyak, teh, terasi itu satu merek itu aja yang kita pakai dari awal gitu,” pungkasnya.

Selain itu, di tengah pandemi, Anton pun mengatakan tetap menerapkan protokol kesehatan dalam menjalankan usaha Warung Bu Eha ini.
Bu Eha mengakui, terjadi penurunan penghasilan selama masa pandemi Covid-19 ini. Serta banyak dari menu yang tidak habis serta jumlah menu makanan per hari dikurangi.
“Kalau dulu bisa dapet Rp5 juta sampai Rp6 juta sehari, kalau sekarang Rp2 juta juga belum tentu,” tutup Eha.
Harga menu yang ditawarkan di Warung Bu Eha sendiri bervariatif mulai dari Rp6.000 rupiah hingga Rp30.000. Cukup terjangkau bukan?
Warung Bu Eha sendiri buka setiap hari mulai pukul 07.00 WIB sampai pukul 15.00 WIB, kecuali Hari Minggu. (wol/suy/data3)
Editor: Agus Utama
Discussion about this post