Waspada.co.id – Kerajaan Arab Saudi menolak dokumen intelijen Amerika Serikat (AS), CIA yang mengindikasikan bahwa Putra Mahkota, Pangeran Mohammed bin Salman merestui pembunuhan jurnalis pengkritik kerajaan, Jamal Khashoggi pada 2018 lalu.
“Pemerintah Kerajaan Arab Saudi sepenuhnya menolak penilaian negatif, salah, dan tidak dapat diterima dalam dokumen tersebut. Dokumen tersebut berisi informasi dan kesimpulan yang tidak akurat,” tulis Kementerian Luar Negeri Arab Saudi, dalam sebuah pernyataan, melansir AFP.
Dokumen tersebut menyimpulkan bahwa Pangeran Mohammed bin Salman menyetujui operasi penangkapan dan pembunuhan Khashoggi dinyatakan tewas di dalam gedung konsulat Arab Saudi di Istanbul, Turki pada 2018 lalu.
“Sangat disayangkan atas hadirnya dokumen ini yang tidak akurat, sementara kerajaan dengan jelas mengecam kejahatan keji ini,” tulis Kementerian Luar Negeri.
Kerajaan Arab Saudi, tulis pernyataan tersebut, menolak tindakan apa pun yang melanggar kedaulatan dan kemandirian sistem peradilannya.
Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken mengatakan bahwa AS ingin mengkalibrasi ulang tanpa bermaksud memutus hubungannya dengan Arab Saudi sebagai salah satu mitranya di kawasan Timur Tengah.
Meski marah atas dokumen tersebut, namun Arab Saudi tetap menegaskan bahwa pihaknya ingin menjaga hubungan.
“Kemitraan antara Arab Saudi dan Amerika Serikat adalah kemitraan yang kuat dan langgeng,” tulis Kementerian Luar Negeri.
Sebelumnya, Amerika Serikat merilis dokumen intelijen yang mengindikasikan bahwa Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman (MbS), merestui pembunuhan Khashoggi.
“Kami menilai Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman, menyetujui operasi di Istanbul, Turki, untuk menangkap atau membunuh jurnalis Saudi, Jamal Khashoggi,” demikian kutipan ringkasan dokumen intelijen AS itu, sebagaimana dikutip CNN, Jumat (26/2).
Intelijen AS mendasarkan laporan tersebut pada sejumlah aspek, salah satunya peran besar MbS sebagai pemimpin de facto Saudi, sehingga tak mungkin keputusan besar untuk menghabisi nyawa Khashoggi diambil tanpa sepengetahuannya.
“Kami mendasarkan penilaian ini pada peran Putra Mahkota sebagai pengambil keputusan di Kerajaan, keterlibatan langsung seorang penasihat kunci dan anggota keamanan Mohammed bin Salman dalam operasi itu, juga dukungan Putra Mahkota untuk menggunakan kekerasan untuk membungkam warga di luar negeri, termasuk Khashoggi.”
Khashoggi merupakan seorang kolumnis Washington Post yang kerap mengkritik Putra Mahkota. Ia dinyatakan tewas di dalam gedung konsulat Saudi di Istanbul, Turki, pada Oktober 2018 setelah sempat dinyatakan hilang.
Pelapor khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyimpulkan Saudi “melakukan eksekusi yang disengaja dan direncanakan sebelumnya” terhadap Khashoggi.
Meski sempat membantah, Saudi akhirnya mengakui bahwa Khashoggi tewas di dalam gedung konsulatnya. Namun, Riyadh berkeras bahwa kerajaan tak terlibat pembunuhan jurnalis itu. Mereka menegaskan bahwa pembunuhan itu dilakukan oleh pejabat Saudi dengan perintah gelap. (cnn/d2)
Discussion about this post