JAKARTA, Waspada.co.id – Rabithah Ma’ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMI NU) mencatat sebanyak 333 kiai dan ulama NU meninggal dunia selama pandemi Covid-19. Ke-333 ulama itu terdiri atas 286 ulama pria dan 47 ulama wanita.
Ketua Umum Pimpinan Pusat RMI NU, Abdul Ghaffar Rozin, mengungkapkan data tersebut dikumpulkan sejak bulan Februari 2020 hingga Selasa (26/1).
“RMI NU melakukan upaya pencegahan Covid di pesantren. Bukan hanya mengawasi protokol kesehatan. tetapi juga mendata ulama kiai yang sakit baik terpapar Covid atau sebab lainnya,” kata Rozin yang akrab disapa Gus Rozin itu, Selasa (26/1).
Meskipun mendata penyakit yang diderita para kiai atau ulama, RMI NU tidak bisa memastikan penyebab kematian 333 kiai atau ulama tersebut. Bahkan, Rozin yakin masih ada kiai atau ulama di Indonesia yang meninggal dunia selama pandemi dan tidak terdata.
“Angka tersebut sebatas yang bisa dideteksi, kami meyakini jumlah sebenarnya lebih banyak. Penyebab kematiannya tentu tidak tunggal. Ada yang terkonfirmasi Covid-19 dan bukan,” ujarnya.
Jumlah kematian ulama tahun 2020 itu merupakan peningkatan yang sangat tinggi. Sebab, kata Rozin, pada 2019 lalu jumlah kiai atau ulama NU yang meninggal dunia tidak lebih dari 50 orang.
Berdasarkan data yang dipaparkan, jumlah ulama yang meninggal hanya empat orang pada bulan Februari 2020. Lalu, bulan Maret-Juni sebanyak 37 ulama meninggal dunia. Kasus kematian ulama melonjak pada Agustus 2020. Dari 23 ulama yang meninggal di bulan Juli, meningkat menjadi 41 ulama di bulan berikutnya.
“Mulai naik setelah liburan Idul Adha dan terus meningkat. September bahkan 90 ulama yang meninggal dan November melonjak sampai 187 orang,” ujarnya.
“Lalu Desember, 253 ulama meninggal dunia dan 26 Januari 2021 ini, 333 ulama meninggal dunia,” sebut Rozin. (wol/aa/merdeka/data3)
editor AUSTIN TUMENGKOL
Discussion about this post