MEDAN, Waspada.co.id – Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Gus Irawan Pasaribu mengaku sempat emosional saat rapat gabungan dengan Kemenristekditi, Kemenkes dan Kementerian BUMN mengingat kembali penanganan covid-19 yang diderita wakil ketua DPD Gerindra Sumut sampai kemudian meninggal.
Gus Irawan Pasaribu, Wakil Ketua DPD Gerindra, mengungkapkan hal itu kepada wartawan di Medan, Sabtu (23/5/2020), sebelum Idul Fitri.
“Saya kembali teringat kepada Wakil Ketua DPD Gerindra Sumut dr. Anna Maria Ulina Bukit yang meninggal dunia pekan lalu. Dalam proses penanganannya di rumah sakit rujukan, dia tidak mendapatkan ventilator yang kemudian dicarikan oleh keluarganya dengan biaya sendiri.
“Kita sebenarnya mendorong Menristek/Kepala BRIN melalui Konsorsium Riset dan Inovasi covid-19 untuk melakukan penelitian yang dapat memproduksi bahan baku obat dalam negeri dalam rangka mendukung kedaulatan kemandirian dan ketahanan kesehatan. Sekaligus mendukung Menteri Kesehatan untuk mengurangi atau stop impor alkes sehingga dapat meningkatkan penggunaan alkes hasil produksi dalam neegeri atau yang telah dihasilkan dari program Konsorsium Riset dan Inovasi covid-19,†jelasnya.
Selain itu mendorong Menteri Kesehatan untuk relaksasi regulasi di antaranya kemudahan persyaratan dan protokol khusus pengujian alkes dalam rangka percepatan dan pemanfaatan alkes dan produk hasil riset dan inovasi, tambah Gus Irawan.
“Jika saja langkah itu bisa dilakukan tentu ada penanganan yang lebih cepat dalam pencegahan dan pengobatan virus mematikan ini. Sebab saat ini kita tidak bisa bergantung dengan alat yang diproduksi negara lain. Karena semua negara pasti membutuhkan alat untuk mengantisipasi covid,†ucapnya.
“Ventilator misalnya. Perusahaan dalam negeri harus bisa memproduksi. Saya sebenarnya cukup terpukul dengan produksi ventilator ini. Saya kembali teringat kepada Wakil Ketua DPD Gerindra Sumut dr. Anna Maria Ulina Bukit yang meninggal dunia pekan lalu. Dalam proses penanganannya di rumah sakit rujukan, dia tidak mendapatkan ventilator yang kemudian dicarikan oleh keluarganya dengan biaya sendiri,” kata dia.
Maka ketika rapat dengan Kemenkes dan Kemenristekdikti dia cukup emosional. “Sebab April lalu sudah dirancang untuk pengadaan ventilator mobile, namun kemudian diubah untuk diproduksi yang menetap saja. Kembali lagi, saat rumah sakit membutuhkan, harusnya alat sudah tersedia. Itu rumah sakit rujuan di Medan lho, bagaimana dengan rumah sakit rujukan di daerah-daerah, bagaimana mereka menyiapkan ventilator.â€
Di tengah situasi seperti ini semua pihak harus bersatu dan berkomitmen memberantas virus ini, tuturnya. “Kemenkes misalnya, pun harus mempermudah standar pengadaan obat dan alat medis untuk virus ini. Karena memang Presiden kita sampai heran kenapa 95 persen obat dan alat medis diimpor. Nah saya malah makin heran melihat presiden heran. Harusnya dari dulu kita sudah mempersiapkan negara ini agar mandiri juga di sektor kesehatan.†(wol/pel/data3)
Editor Agus Utama
Discussion about this post