MEDAN, Waspada.co.id – Pandemi virus Corona (Covid-19) belum juga berakhir, dengan masih bertambahnya angka masyarakat yang terpapar virus corona, baik pemerintah pusat dan pemerintah daerah menegaskan agar masyarakat tidak melaksanakan mudik sampai wabah ini berakhir.
Namun, larangan mudik yang dikeluarkan pemerintah untuk mengantisipasi penyebaran meluas, menjadi isu hangat di kalangan masyarakat. Ada yang berpendapat bahwa peraturan itu baik karena dapat mengantisipasi penyebaran.
Namun, ada juga yang berpendapat bahwa peraturan tersebut membuat masyarakat tidak bisa berjumpa dengan keluarganya. Salah satunya, Rimba Zait seorang mahasiswa STIK-P Medan asal Depok menyebutkan, bahwa larangan mudik dari pemerintah tidaklah efektif.
“Macam aku ini kan bang, kalau pulang kampung hanya pada saat libur panjang kuliah dan hari besar (Idul Adha), karena peraturan ini aku gak bisa jumpa sama keluarga aku di sana, pastinya aku merasa kesepian di Medan bang, karena sendiri, orang-orang ngumpul sama keluarganya sedangkan aku, hanya sendiri di kota perantauan ini,” tuturnya.
Di sisi lain, sopir travel lintas daerah, Antoni Situmorang (42) menyebutkan, peraturan mudik ini sangat merugikan dirinya. Pasalnya, penghasilan untuk menghidupi keluarganya menjadi tidak mencukupi.
“Kalau saya tidak narek (bekerja) anak dan istri saya mau makan apa bang, beras yang dibantu pemerintah hanya 5 kg bang, itu gak cukup bang, anak saya juga sekolah,” tegasnya.
Dirinya juga mengatakan, pemerintah harus bijak dalam pengambilan keputusan agar masyarakat dapat hidup sejahtera dalam pandemi Covid-19.
“Kalau misalnya mau dibuat peraturan seperti ini, harusnya pemerintah juga mikiri nasib kitalah bang. Ya mereka enak di gaji negara. Kalau saya, gak kerja gak makan bang, yang ada, kalau saya terus di rumah. Saya bisa mati kelaparan bang,” pungkasnya.(wol/ryan/data2)
Editor: SASTROY BANGUN
Discussion about this post