MEDAN, Waspada.co.id – Ribuan pekerja khususnya yang berkerja di pabrik pengolahan bahan baku pipa baja di Sumut terancam pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran. Pasalnya, selain wabah virus Corona yang mengancam jiwa, ketersediaan bahan baku yang berasal impor ini juga tidak ada hingga membuat sejumlah pabrik tutup beroperasi.
Sebagai contoh yang terjadi di PT Intanmas Indologam yang berada di Jalan KL Yos Sudarso KM 10,2 Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli. Pabrik yang bergerak dalam pengolahan pipa baja sejak 50 tahun lalu ini sudah dua pekan terakhir berhenti beroperasi. Ratusan pekerjanya pun terpaksa dirumahkan.
“Nasib yang kita alami ini cukup pelik, bahan baku kita impor sama sekali tidak tersedia, kalau beli secara lokal dua kali biaya itu pun tidak mencukupi kebutuhan,” kata Sutrisno selaku Manager Produksi PT Intanmas Indologam didampingi Bagian Umum, Nurbahagia, dan Humas Edi Sutrisno, di pabrik tersebut, Senin (6/4).
Dijelaskan Sutrisno, apabila membeli bahan baku lokal juga cukup merugikan pihaknya. Sebab, biaya pengiriman menjadi dua kali dari Jawa ke Sumut. Selain itu, pelaku usaha ini harus membayar deposit dulu di muka dan satu bulan kemudian baru barang dikirim.
“Secara otomatis kita sudah dikenakan biaya dua kali, barang yang dikirim juga terbatas dan ditambah lagi kita harus deposit uang dulu selama satu bulan, itu sama saja kita semakin rugi,” jelasnya.
Oleh sebab itu, Sutrisno meminta kepada pemerintah agar membuka keran impor selebar-selebarnya untuk pabrikan di daerah di Sumut. Sebab, mata pencaharian pekerja pabrik banyak tergantung kehidupannya di pabrik ini.
“Kita bukan tidak mendukung pemerintah, tapi pabrik kita ini kan bersifat padat karya yang lebih utama pekerja daripada mesin. Namun kita sangat kewalahan dengan masalah bahan baku yang sangat terbatas ini maka dengan kondisi ini kami sangat meminta dibukalah keran impor tadi, karena kalau tidak ada bahan baku sama saja kita tidak akan beroperasi,” harapnya.
Sutrisno juga tidak menampik, kalau pemerintah mau melihat (permasalahan impor) itu, maka PHK massal tidak akan terjadi.
“Pemerintah secara tidak langsung membunuh industri-industri yang di daerah, memang ini kebijakan nasional tapi tidak mengacu kondisi di daerah khususnya Sumut,” katanya lagi.
Apalagi, tambahnya, penyebaran virus corona (Covid-19) membuat impor semakin sulit masuk ke Indonesia.
“Di satu sisi impor semakin sulit karena penyebaran virus corona ini, ditambah lagi kebijakan pemerintah dalam hal impor bahan baku ini semakin tidak jelas,” pungkasnya.
Sebelumnya, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mendorong pabrikan untuk berproduksi pada masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Agus menilai hal tersebut harus dilakukan mengingat sektor manufaktur merupakan sektor dengan kontribusi terbesar ke pendapatan domestik bruto (PDB) nasional.
Bahkan pihaknya akan mengusahakan pemberian berbagai stimulus fiskal dan non-fiskal sebagai antisipasi banyaknya negara yang melakukan protokol penguncian (lockdown) yang memberikan dampak negatif bagi pasar lokal maupun global.(wol/ryan/data3)
Editor: SASTROY BANGUN
Discussion about this post