KAIRO, Waspada.co.id – Mantan Presiden Mesir, Husni Mubarak, meninggal dalam usia 91 tahun. Dia dilaporkan wafat di sebuah rumah sakit di Ibu Kota Kairo.
Seperti dilansir Associated Press, Selasa (25/2), Mubarak dilaporkan meninggal ketika menjalani operasi di rumah sakit tersebut. Namun, tidak dipaparkan secara rinci alasan mengapa dia harus menjalani bedah.
Sejak terempas dari kekuasaan, Mubarak memang dilaporkan kerap sakit-sakitan karena usia dan faktor lain. Setelah bebas dari penjara, dia kerap bolak-balik dirawat di rumah sakit.
Mubarak dikenal sebagai pemimpin Mesir yang memerintah selama tiga dekade.
Mubarak sendiri duduk di kursi kekuasaan sejak 1981 dan akhirnya digulingkan pada 2011 dengan gerakan Arab Spring. Mantan perwira tinggi Angkatan Udara Mesir berpangkat marsekal udara itu menggantikan Anwar Sadat sebagai presiden, setelah pendahulunya dibunuh pada 6 Oktober 1981.
Gelombang gerakan Revolusi Semi Arab (Arab Spring) yang dimulai dari Tunisia turut menghampiri Mesir. Mubarak dan rezimnya yang dianggap korup dan otoriter menjadi sasaran kemarahan rakyat.
Unjuk rasa gerakan reformasi selama 18 hari di Alun-alun Tahrir akhirnya membuat Mubarak semakin tertekan dan memaksanya melepas jabatan. Kelompok Ikhwanul Muslimin yang menjadi salah satu motor demonstrasi lantas mengambil alih kekuasaan dengan mendiang Muhammad Mursi sebagai presiden. Namun, umur rezim tersebut tidak lama.
Mubarak kemudian diproses hukum karena dituduh membiarkan pembunuhan ratusan demonstran dan kasus korupsi selama ia berkuasa.
Seperti dilansir dari CNN, selama proses hukum itu dimulai sejak 2011, kondisi kesehatannya terus menurun sehingga harus menjalani perawatan intensif. Ia bahkan pernah dikabarkan mengalami koma.
Pada Juni 2012, Mubarak dinyatakan bersalah atas pembunuhan demonstran dan dijatuhi hukuman penjara seumur hidup. Ia kemudian dipindahkan ke penjara Tora di Kairo Selatan.
Pada Desember 2014, ratusan demonstran kembali turun ke jalan setelah Pengadilan Mesir membebaskan Mubarak dari tuntutan atas pembunuhan demonstran.
Saat itu, demonstran menilai keputusan itu akan memupuskan harapan era baru keterbukaan politik di Mesir.
Rezim Mubarak dinilai sebagai periode otokrasi dan kapitalisme merajai Mesir. Paska Mubarak digulingkan, Mesir mengadakan pemilu bebas untuk pertama kalinya.
Namun, presiden Mesir terpilih dari pemilu tersebut, Mohamed Mursi, digulingkan tak lama setelah dia menjabat oleh panglima militer Abdel Fattah el-Sissi, yang hingga kini memimpin Mesir.
El-Sisi lantas membebaskan Mubarak dari seluruh dakwaan. (cnn/data3)
Discussion about this post