
JAKARTA – Puisi yang dibacakan Neno Warisman saat malam Munajat 212 di Monas, Jakarta, dianggap sangat keterlaluan. Sebab, puisi itu konteksnya keliru.
“Bagi saya, puisi itu sudah sangat keterlaluan. Kenapa? Karena waktu dan konteksnya sudah sangat keliru,†kata Politikus Partai Golkar Avner Kadriatama Raweyai, Jakarta, Rabu (27/2/2019).
Bait puisi bernuansa doa yang paling menuai sorotan adalah ‘jika engkau tidak menenangkan kami khawatir ya Allah. Kami khawatir ya Allah, tidak ada lagi yg menyembahmu.’ Padahal, kata Caleg DPRD DKI Jakarta itu, dua pasangan calon presiden dan wakil presiden putra terbaik bangsa.
Avner pun cenderung merasa puisi tersebut sebagai bentuk provokasi. Pasalnya, dalam berdoa mestinya tidak mencampuradukan agama dengan politik.
“Siapa pun yang menang sebagai presiden, negara sudah menjamin kebebasan negara, ibadah sesuai keyakinan masing,†tuturnya.
Ia mengingatkan, jangan sampai karena pesta demokrasi 5 tahun, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) terpecah belah. Dirinya pun mengajak masyarakat dalam mengikuti pesta demokrasi tak saling menjatuhkan, namun berpolitik cerdas dan penuh gagasan.
Berbeda pilihan adalah hal biasa. Namun, mencari sensasi dengan merugikan masyarakat sangat memalukan.
Neno Warisman diketahui merupakan Wakil Ketua Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Discussion about this post