BATANGTORU, Waspada.co.id – Menanggapi tentang Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Batangtoru di Tapanuli Selatan, Anggota DPR RI Komisi X, dr. Sofyan Tan Mendukung dengan Proyek tersebut.
Sofyan Tan merasa bahwa ini merupakan salah satu cara mengoptimalkan potensi kekayaan alam Sumatera Utara untuk kesejahteraaan masyarakat banyak melalui listrik.
“Ingat, bahwa aspek lingkungan harus menjadi prioritas utama pengelola, Karena situasi saat ini, sebenarnya Sumut kekurangan listrik karena pembangkit listrik yang ada sering mengalami kerusakan. Dibutuhkan pembangkit baru guna memenuhi kebutuhan energi di masa-masa mendatang,” tuturnya, Minggu (23/9).
Solusi yang terbaik untuk mengatasi ini adalah membangun pembangkit baru yang menggunakan sumber energi yang terbarukan, termasuk PLTA.
PLTA Batangtoru merupakan bagian dari Proyek Strategis Nasional‎ Pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla untuk mendorong pemerataan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi ke luar Pulau Jawa. Proyek ini menggunakan energi baru terbarukan yang menjadi perhatian utama Presiden Jokowi dan Wapres Kalla berkaitan mengantisipasi perubahan iklim.
“Pembangkit listrik yang aman adalah pembangkit yang menggunakan sekecil mungkin sumber energi yang tidak terbarukan, bukan menggunakan bahan bakar minyak atau batubara,” ungkapnya.
Pakai batubara, pakai BBM, dan sebagainya, itu kan pasti pencemaran lingkungan juga. dan biayanya tinggi, tentu energi tersebut menjadi tidak bisa diperbaharukan, dan mahal. Jika kurs dollar AS naik, harga BBM juga ikut naik sehingga membebani dari sisi biaya operasional pembangkit dan menguras devisa negara karena biaya impor meningkat.
Sofyan menambahkan jika menggunakan sumber energi baru dan terbarukan, maka nilai itu konsisten. Awalnya investasi memang mahal, tetapi selanjutnya bisa murah. Lagi pula memanfaatkan kekayaan alam dinilainya, memang sah-sah saja.
“Harus diselaraskan dengan upaya meminimalkan kerusakan hutan. Penggunaan terowongan air dalam operasional pembangkit guna menghindari kerusakan hutan, dinilai sebagai solusi yang pas,” tambahnya.
Sebelumnya, beberapa waktu lalu,Bupati Tapsel, Syahrul Pasaribu menyatakan, proyek listrik dengan energi terbarukan ini sangat penting untuk mendukung perekonomian masyarakat, dan ramah lingkungan. Sayangnya sejumlah aktivis berkomentar miring. Tidak memberikan keterangan yang komprehensif, dan banyak fakta yang dihilangkan.
“Ditegaskan kalau PLTA Batangtoru berdiri di atas Areal Penggunaan Lain (APL) bukan hutan lindung, namun tetap saja ada aktivis dan ilmuwan yang mengusik dan menyatakan proyek itu ada di kawasan hutan. Kehadiran PLTA Batangtoru juga langsung dituding sebagai penyebab kepunahan orangutan tapanuli (Pongo tapanuliensis),” katanya.
“Ini para pengkritik tidak mengerti kalau kami sudah memberikan syarat agar APL itu nantinya ditanami pohon, agar lestari. Karena kami paham PLTA butuh air, air butuh tanaman. Dan sebagai manusia, kami tidak hanya memikirkan nasib orangutan, orang sungguhan pun kami pikirkan,â€pungkasnya.(wol/eko/data1)
Editor: RIDIN
Discussion about this post