BEIJING, Waspada.co.id – Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad telah tiba di China pada Jumat (17/8). Ia akan melakukan kunjungan selama lima hari dan bertemu pejabat-pejabat tinggi Negeri Tirai Bambu. Dalam kunjungan tersebut Mahathir dijadwalkan bertemu dengan Presiden China Xi Jinping dan Perdana Menteri China Le Keqiang. Ia pun akan dipertemukan dengan para pemimpin bisnis di Hangzhou dan Beijing.
Rencana perjalanan Mahathir termasuk kunjungan ke markas besar raksasa teknologi China, Alibaba. Ia juga akan menyempatkan diri berkunjung ke pabrik mobil Geely di Hangzhou. Dalam wawancara dengan kantor berita China Xinhua pada Kamis (16/8), Mahathir mengatakan menjalin hubungan dengan China sangat penting. Ia mengaku menginginkan hubungan yang akrab dengan Beijing.
Kementerian Luar Negeri Malaysia menyebut kunjungan Mahathir sebagai tonggak baru dalam konsolidasi hubungan bilateral. Kunjungan tersebut akan menetapkan pilar strategis baru guna meningkatkan kerja sama bilateral di masa mendatang.
Hal senada diungkapkan Duta Besar China untuk Malaysia Bai Tian. Ia mengatakan, Mahathir telah mengunjungi China sebanyak tujuh kali ketika menjadi perdana menteri pada 1981 hingga 2003. “Kontribusinya yang penting meletakkan dasar yang kuat untuk hubungan bilateral yang komprehensif dan mendalam yang kita nikmati hari ini,” kata Bai.
“Saya yakin bahwa kali ini, dia akan kembali mencari cara untuk lebih memperkuat dan meningkatkan hubungan dengan para pemimpin China dan menyuarakan cetak biru untuk kerja sama kedua negara pada masa depan,” ujar Bai menambahkan.
Kerja sama ekonomi Malaysia dengan China telah meningkat secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir. China menjadi mitra dagang terbesar Malaysia selama sembilan tahun berturut-turut. “Namun kita masih memiliki potensi besar untuk dimasuki,” ujar Bai.
Ia berhadap pascakunjungan Mahathir, terdapat lebih banyak perusahaan China yang datang ke Malaysia untuk berinvestasi. “Melakukan kerja sama yang menguntungkan, menciptakan lebih banyak kesempatan kerja, menawarkan transfer teknologi, dan membawa lebih banyak manfaat bagi rakyat Malaysia,” kata Bai.
Dalam kunjungannya, Mahathir diperkirakan akan turut membahas proyek infrastruktur di Malaysia yang bekerja sama dengan perusahaan China. Sejak terpilih sebagai perdana menteri, Mahathir memang menyoroti dan mengkritisi proyek infrastruktur di negaranya yang bekerja sama dengan China. Satu di antaranya adalah proyek East Coast Rail Link (ECRL).
Ingin Bebas Utang, Mahathir Bakal Batalkan Proyek Infrastruktur China
Mahathir menilai proyek ECRL terlalu banyak menyedot anggaran. Proyek kereta api sepanjang 688 kilometer itu menghabiskan dana sekitar 14 miliar dolar AS. Oleh sebab itu, ia ingin merenegosiasi kesepakatan proyek tersebut.
Selain itu, Mahathir juga hendak meninjau ulang kesepakatan proyek pipa gas yang belum rampung. Proyek pipa gas senilai 10 miliar ringgit diberikan Suria Strategic Energy Resources (SSER) milik Kementerian Keuangan Malaysia kepada China Petroleum Pipeline Bureau pada November 2016. Perusahaan China menerima 88 persen dari pembayaran proyek meskipun hanya menyelesaikan 13 persen dari pekerjaan.
Keputusan Mahathir meninjau dan menegosiasi ulang kesepakatan infrastruktur dengan China berkaitan dengan beban utang yang tengah ditanggung Malaysia. Saat ini Malaysia memikul utang lebih dari 1 triliun ringgit atau setara 251 miliar dolar AS. (wol/republika/data2)
Discussion about this post