MEDAN, Waspada.co.id – Di usia 48 tahun berkiprah di bidang komunikasi korporat bukan waktu yang singkat, untuk membuat seorang Katarina Siburian Hardono menjadi komunikator yang handal dan mumpuni.
Pemahaman mendalam tentang cara-cara menangani komunikasi dari berbagai perspektif berbeda sudah ia jalani proses demi proses dalam kehidupannya.
Sebagai garda terdepan perusahaan tentunya Katarina dituntut sempurna dalam menghadapi banyak hal terutama media massa.
Perempuan yang lahir di Sei Bamban, Tapanuli Utara saat ini, menjabat sebagai Senior Manager Corporate Communications PT Agincourt Resources. Jabatan tersebut tentunya harus dipertanggung jawabkan dalam menjaga citra dan reputasi yang sudah dicanangkan sejak awal, tetapi juga harus menjaga keutuhan visi misi perusahaan. Maju mundurnya perusahaan ikut ditentukan oleh upaya maksimal dari komunikasi korporat.
Sebelum bergabung dengan Tambang Emas Martabe, Katarina pernah berkiprah di beberapa industri lain, semuanya di bidang komunikasi korporat. Diantaranya di Trakindo Caterpillar, IBM Indonesia, Phillips Indonesia, Bank Dunia, Asuransi AIA, dan Lembaga Bantuan Internasional World Vision dan sampai beberapa juga sempat menjadi freelance consultant di berbagai institusi, swasta dan lembaga pemerintah.
Dengan banyaknya perusahaan yang sudah ditanganinya menjadikan Katarina terbiasa menangani masalah yang ada di wilayah kerjanya.
Dan berbicara soal Kartini, sosok Katarina sangat menjadi salah satu perempuan Indonesia yang sukses di dunia pekerjaan dengan segala kemampuan yang ia miliki. Kiprahnya di dunia pertambangan pun tutut sukses menjaga komunikasi perusahaan dengan media.
Berbagai strategi dan upaya komunikasi untuk melibatkan (engage) stakeholder internal, seluruh jajaran karyawan, dan stakeholder eksternal termasuk di dalamnya para awak media harus dijalankan secara maksimal dan hati-hati untuk memastikan kelancaran operasi tambang.
“Saat ini, saya bekerja di Tambang Emas Martabe dan sudah bergabung sejak 2010 mulai persiapan pembangunan pabrik pengolahan dan infrastruktur pendukung lainnya. Saya sama sekali tidak memiliki latar belakang pendidikan dan pengalaman di industri pertambangan tetapi saat itu saya sangat optimis, saya pasti mampu menjalankan peran dan tanggung jawab saya dan mengaplikasikan pengetahuan saya di sini,†ujarnya, Selasa (24/4).
Tentunya satu kebanggaan bisa menjadi bagian dari perjalanan Tambang Emas Martabe, sejak persiapan, pembangunan infrastruktur, sampai operasi. Apalagi, ia menjadi salah satu dari sedikit perempuan, di dunia yang saat itu bahkan hingga saat ini didominasi oleh kaum laki-laki.
“Saat itu Tambang Emas Martabe juga sedang menghadapi tantangan tersendiri dan salah satunya resistensi dari masyarakat. Di situlah pengetahuan dan pengalaman panjang di dunia komunikasi diuji,†ungkap Katarina.
Situasi dan kondisi ini berlangsung selama hampir 3 tahun, tapi akhirnya kerjasama dengan berbagai departemen dan berbagai upaya komunikasi strategis dan dengan merangkul para pemangku kepentingan terkait akhirnya semuanya membuahkan hasil.
“Lagi-lagi, saya bangga bisa berkontribusi pada perjalanan tambang ini. Jalan itu semakin membentuk saya menjadi komunikator yang handal dan mumpuni dengan pemahaman mendalam tentang cara-cara menangani komunikasi dari berbagai perspektif berbeda,†tegasnya.
Selain masyarakat, media massa adalah salah satu pemangku kepentingan utama dan mitra kerja strategis dan pelibatannya ditangani langsung oleh komunikasi korporat. Setiap media massa punya keunikan masing-masing dan perlu waktu serta proses untuk mengenal karakteristik mereka.
“Kami selalu berusaha memegang teguh visi misi perusahaan untuk transparan dalam mengomunikasikan pesan-pesan perusahaan. Sejalan dengan hal tersebut, kami selalu berusaha untuk menjaga agar hubungan dengan awak media tetap baik. Tetapi kami juga tentu berjalan di koridor dan mengikuti prosedur yang berlaku, khususnya terkait dengan hukum dan etika pers di Indonesia,†tuturnya.
Istri dari Bambang Hardono ini mengaku, dirinya sangat beruntung memiliki suami yang sangat mendukung perjalanan kariernya. Tak hanya sampai di situ, anak laki-lakinya yang berusia 18 tahun juga sangat bangga memiliki seorang ibu yang kuat dan tangguh dan anaknya sudah sangat terbiasa dengan situasi dan kondisi kedua orangtuanya bekerja dan melakukan perjalanan dinas.
“Saya bangga dengan keberadaan dan status saya sebagai perempuan yang berkarier tanpa harus melupakan kewajiban dan tugas saya sebagai seorang istri dan ibu. Saya bangga menjadi Kartini modern yang mengganti konde, kebaya, dan selop dengan seragam, helm, serta safety boots. Menurut saya semua perempuan bisa menjadi apa saja sesuai dengan pilihan mereka asalkan ada kemauan dan terus berusaha dalam menggapai mimpi,†pungkasnya. (wol/eko/data2)
Editor: SASTROY BANGUN
Discussion about this post