SIGLI, WOL – Kendati 12 tahun perjanjian damai Helsinki berlangsung di Aceh antara pemerintah Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM), manfaat dan realisasi isi MoU tersebut baru tidak terasa oleh masyarakat Serambi Mekkah.
“Selama 12 tahun perdamaian ini, sudah tidak lagi kita rasakan adanya peperangan. Manfaat lain isi MoU Helsinki rasanya nol sekian persen saja. Cuma yang nyata terlihat gedung Meuligoe Wali Nanggroe yang besar di Banda Aceh. Diakui atau tidak inilah yang terjadi,†kata Sekretaris Partai Aceh (PA) Wilayah Pidie pada peringatan Milad GAM ke 41 di Pidie, Senin (4/12).
Menurut Tgk Anwar Husen, tidak berjalannya isi MoU tersebut disebabkan, para pemimpin GAM, lalai dalam persoalan tersebut. Pada tahun 2013 qanun tentang bendera dan Himne Aceh telah disahkan oleh DPRA, akan tetapi itupun tidak berjalan.
“Ini kita sampaikan supaya pimpinan di atas dapat menjadi koreksi, supaya dapat memperjuangkan pasal-pasal dalam Pemerintah Aceh dan butir-bunir MoU Helsinki,†katanya.
Sedihnya lagi, Undang-Undang Pemerintahan Aceh malah dibuat tidak berdaya dengan Undang-Undang pemerintah Indonesia.
“Baru kali ini kita lihat anggota DPRA menggugat persoalan Undang-Undang Pemilu, yang tidak sesuai dengan Undang-undang pemerintahan Aceh. Mudah-mudahan perjuangan ini dapat menang dipihak Aceh,†katanya.
Dalam kesempatan itu, Anwar Husen juga menyampaikan tentang sejarah perjuangan GAM. Menurutnya, Milad GAMÂ yang diperingati setiap 4 Desember merupakan hari paling bermakna bagi bangsa Aceh. 4 Desember yang diperingati setiap tahun tersebut estafet perjuangan GAM yang diteruskan oleh Wali Nanggroe Tgk Muhammad Hasan Ditiro, setelah Syahid Tgk Chik Maad, 3 Desember 1911.
“Selanjutnya, Wali menyambungkan pada 4 Desember 1976. Bermakna hanya satu hari tidak “putus tali†tersebut. Ini adalah salah satu sejarah bagi kita pejuang-pejuang Gerakan Aceh Merdeka dan khususnya bagi masyarakat Aceh semua†katanya.
Selanjutnya setelah lebih kurang 30 tahun perjuangan GAM dilakukan dengan senjata, lahirlah perjanjian damai antara pemerintah Republik Indoensia dengan GAM di Helsinki, 15 Agustus 2005.
“Hingga sekarang kita sudah tidak lagi berperang dengan senjata. Namun, kami sangat berharapkan supaya isi dari perjian damai Helsinki itu dilaksanakan,†tandasnya. (wol/aa/bm)
Editor: AUSTIN TUMENGKOL
Discussion about this post