JAKARTA, WOL – Ketua Komisi VII DPR RI, Gus Irawan Pasaribu mengakui sudah tiga tahun merasa kehilangan harapan terhadap tata kelola yang dilakukan pemerintah dengan harapan menjadi lebih baik. “Ternyata banyak yang mengeluh. Bahkan masyarakat merasa beban hidupnya makin berat,†ungkapnya.
Gus Irawan Pasaribu yang juga wakil ketua Fraksi Gerindra di DPR RI, Minggu (6/8), mengungkapkan hal itu kepada wartawan saat disinggung tentang berbagai kebijakan pemerintah yang terus memunculkan kontroversi.
Menurutnya, kondisi makro saat ini pemerintah bisa saja mengklaim lebih baik. Terutama dengan laju pertumbuhan ekonomi yang naik walau sangat lambat. “Padahal sebenarnya capaian saat ini tidak lebih baik dari pemerintahan sebelumnya. Sehingga saya melihat ada paradox atau kelainan antara apa yang diklaim pemerintah dengan kondisi sebenarnya,†jelas Gus.
Dia mengatakan kebijakan pemerintah sebenarnya masuk dalam kategori membebani masyarakat saat mengurangi subsidi dan menambah beban masyarakat. “Janjinya dulu pemerintah akan mengalihkan subsidi itu ke hal-hal produktif. Sehingga anggaran subsidi di masa lalu mampu menciptakan lapangan kerja bagi penduduk miskin dan pengangguran. Sehingga akan berpengaruh langsung pada sektor makro,†kata Gus.
“Kita tidak melihat sektor produktif yang digembar-gemborkan berasal dari dana subsidi. Pemerintah malah mengumbar jumlah utang yang kian besar. Malah kita diancam-ancam kalau tidak utang gaji pegawai tidak dibayar. Ini dimana logikanya,†katanya.
Sejujurnya, penarikan dana subsidi yang demikian besar otomatis sudah memiskikan sebagian besar rakyat. “Sisi produktif tidak muncul di angka makro yang ditunjukkan pemerintah. Pertumbuhan ekonomi malah berjalan stagnan,†ujarnya.
Pemerintah memang melakukan belanja infrastruktur dalam jumlah besar bahkan dengan pinjaman luarnegeri tadi. “Tapi saya heran, kenapa kemudian pembangunan infrastruktur itu tidak mendorong bangkitnya ekonomi. Itu saya bilang kenapa kemudian saya putus harapan dengan pemerintah dalam mengelola negara ini,†katanya lagi.
“Bahkan saya kok malah tidak melihat ya tahun depan bisa lebih baik lagi. Sudah tiga tahun saya berharap dengan pemerintah ini tapi nyatanya harus kecewa,†ungkap dia. Setidaknya harus Nampak lapangan kerja dalam jumlah besar dengan government expenditure yang dilakukan pemerintah, kata dia.
“Coba kita buat contoh jika proyek pembangungan keta api cepat Jakarta-Bandung. Harusnya di situ banyak tenaga kerja bisa ditampung. Tapi faktanya kalau pun pemerintah dan swasta melakukan investasi itu banyak yang dari China,†ungkap Gus.
Memang ada investasi tapi tidak menggunakan badan usaha milik negara, ada penanaman modal tapi dihandle oleh bank dari China. Bahkan sampai pekerja kasar pun didatangkan dari China, wajar kalau kemudian pekerja dalam negeri tidak tertampung, jelasnya.
Gus menjelaskan, pekerja yang terima gaji kalau dia dari China pasti akan kembali ke negaranya jadi uang yang berputar bukan di dalam negeri, sehingga ini menjadi paradox dan kontraproduktif dengan harapan pemerintah.
“Sebenarnya harapan kita, siapa pun itu. Mau yang di pemerintahan atau di luar pemerintah, negara ini bisa berkembang dan bertumbuh lebih cepat. Tentu dengan tata kelola yang lebih baik. Jika ternyata ada yang tidak pas harus dikritisi. Jangan kita biarkan sesuatu berjalan tanpa pengawasan,†tutupnya. (wol/ags/min/data1)
Discussion about this post