
JAKARTA – Terbongkarnya sindikat kelompok pebisnis ujaran kebencian bernuansa SARA di media sosial, Saracen, membuat publik terkejut. ‎Betapa tidak, mereka melancarkan praktik tersebut berdasarkan pesanan seseorang atau kelompok tertentu.
Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo mengatakan, praktik ujaran kebencian di media sosial diprediksi akan menguat jelang Pilkada Serentak 2018 dan Pemilihan Presiden 2019. Presiden Joko Widodo (Jokowi) disebut kerap menjadi korban fitnah.
“Pak Jokowi difitnah apa aja, nggak ada yang baik, tapi beliau nggak dendam. Dia berdoa buat orang yang memfitnah agar diampuni oleh yang maha kuasa,” kata Tjahjo di Gedung DPR, Jakarta, Senin (28/8/2017).
Tjahjo juga mengapresiasi Polri yang berhasil menguak sindikat Saracen yang diduga melakukan praktik bisnis ujaran kebencian berdasarkan pesanan seseorang atau kelompok tertentu.
Namun, sebagaimana arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi), Polri diminta untuk tidak berhenti mengungkap pada siapa yang memproduksi dan menyebarkannya saja.
“Tapi siapa yang memesan, baik perorangan, kelompok, golongan, tokoh-tokoh yang memesan konten SARA dan fitnah harus dilawan,” tegas Politikus PDI-P itu.
Sekadar informasi, Bareskrim Polri membongkar bisnis penyebaran kebencian dan SARA melalui media sosial. Kelompok tersebut bernama Saracen. Hingga saat ini akun yang tergabung didalamnya berjumlah ratusan ribu‎.
Saracen diduga menyebarkan kebencia‎n dan SARA berdasarkan pesananan seseorang atau kelompok tertentu. Motif sementara dari kegiatan ini yakni hal ekonomi. Kini, aparat kepolisian masih menyelidiki dalang di balik grup Sarachen.
Pada kasus ini, polisi telah menetapkan tiga orang sebagai tersangka. Mereka adalah JAS (32) yang ditangkap di Pekanbaru, SRN (32) ditangkap di Cianjur dan MFT ditangkap di Koja, Jakarta Utara.
Ketiga tersangka itu, memiliki peran yang berbeda-beda. Untuk JAS sendiri, berperan sebagai Ketua Grup Saracen yang bertugas untuk mengunggah postingan provokatif yang mengandung isu SARA.
Discussion about this post