
TRAGEDI Haymarket di Chicago, Amerika Serikat (AS), pada 1 Mei 1886 menjadi awal diperingatinya Hari Buruh Internasional atau yang dikenal dengan May Day. Ratusan ribu kaum pekerja dari seluruh penjuru Negeri Paman Sam berkumpul untuk meyuarakan kecaman keras terhadap jam kerja yang dianggap tidak manusiawi.
Aksi unjuk rasa selama beberapa hari itu memakan puluhan korban jiwa, baik dari pihak pendemo maupun polisi. Tragedi tersebut kemudian dianggap sebagai huru hara buruh terbesar sepanjang sejarah. Konferensi Sosial Internasional kemudian menetapkan 1 Mei sebagai Hari Libur Buruh Sedunia pada 1889.
Sejauh ini, terdapat sedikitnya 66 negara yang mengadaptasi tanggal tersebut sebagai hari libur nasional. Kebanyakan adalah negara-negara di Eropa, Amerika, termasuk Indonesia. Setiap 1 Mei, lazim digelar demonstrasi buruh untuk memperjuangkan kesejahteraan mereka di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Ratusan ribu orang siap menggelar aksi unjuk rasa di seluruh AS untuk memperingati Hari Buruh Internasional. Akan tetapi, ada yang berbeda dengan gelaran tahun-tahun sebelumnya, demonstrasi kali ini akan membawa isu yang lebih berwarna, tidak hanya hak pekerja.
“Ada semacam peningkatan di dalam organisasi sepanjang tahun ini. Kehadiran kami semacam dipertanyakan. Kami lelah diejek dan dikambinghitamkan,†tutur Fernanda Durand dari organisasi CASA in Action, mengutip dari USA Today, Senin (1/5/2017).
Discussion about this post