LHOKSUKON,WOL – Beragam kendala kian dialami sejumlah petani di Kabupaten Aceh Utara. Petani yang umumnya mengandalkan sawah untuk sebagai sumber ekonomi satu-satunya terkendala akibat tidak adanya saluran irigasi, obat-obatan pencegah hama dan tidak adanya biaya beli pupuk.
Mewakili masyarakat atau umumnya petani, Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Aceh Utara, Abu Bakar AR, mengatakan hal ini perlu diatasi demi meningkatkan mutu dan kualitas panen, guna mencapainya swasembada pangan meskipun panen rata-rata menghasilkan enam ton setiap satu hektar.
“Masyarakat yang umumnya petani tidak memiliki biaya untuk membeli pupuk. Malah saya sering bantu atas pribadi saya untuk petani yang tidak mampu beli pupuk. Nah, bila ada bantuan dari pemerintah untuk pupuk itu mungkin setiap desanya membutuhkan dua ton pupuk,” ujar Abu kepada Waspada Online, Sabtu (11/03).
Menurutnya, saat ini sebagian petani mulai memanen padinya, dan ada juga yang sedang masa pemulihan. Selain itu sawah tadah hujan juga salah satu kendala, dimana petani hanya mengandalkan air hujan demi menghidupkan sawahnya.
Untuk mengatasi itu semua, menurut Abu Bakar perlu adanya kerjasama Kementerian Desa dan Dinas Pertanian untuk membangun program embung (waduk kecil, red) yang menampung air bagi tadah hujan. Kendati menurutnya lagi, pada April 2017 progam embung segera terealisasi.
“Kalau tidak salah saya, ada 40 embung yang segera turun untuk titik-titik sawah tadah hujan di Aceh Utara dan merupakan Program Kemendes. Cot Girek merupakan salah satu sawah tadah hujan, disana belum ada saluran irigasi,” tambah Abu.
Sebagaimana diketahui, tahun 2015 lalu pihak Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Aceh Utara mencatat lahan sawah tadah hujan di kabupaten ini mencapai delapan ribu hektare. Persoalan itu justeru menjadi ‘PR’ yang harus segera diselesaikan oleh pemda setempat.(wol/chai/data1)
Editor: SASTROY BANGUN
Discussion about this post