MEDAN, WOL – Pimpinan Wilayah Nahdatul Ulama Sumatera Utara (PWNU Sumut)Â mengimbau masyarakat Sumut untuk menahan diri, bersikap objektif, berfikir rasional. Masyarakat diminta tidak mudah terprovokasi atas segala informasi yang beredar di tengah masyarakat yang dapat memecah belah persatuan dan menimbulkan permusuhan dan mengikis nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika.
Hal tersebut dianggap perlu, guna menyikapi kondisi bangsa saat ini dengan munculnya kelompok-kelompok yang mengedepankan cara-cara intoleran dan kekerasan dalam menanggapi berbagai persoalan.
Pada pertemuan intern PWNU Sumut, Selasa (171) kemarin di Kantor PWNU Sumut Jalan Sei Batang Hari Medan, Ketua PWNU Sumut Drs H Afifuddin Lubis MSi menyampaikan bahwa sikap NU tersebut penting demi keutuhan NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika.
“Kami mengimbau agar masyarakat di Sumut dapat menghormati perbedaan yang ada, tidak mengedepankan kekerasan, saling menghargai antara pemeluk agama dan menjaga keutuhan NKRI untuk dapat diwariskan kepada anak cucu kita dikemudian hari,” tegas Afifuddin Lubis didampingi unsur pengurus antar lain, beberapa wakil ketua yakni, H Ashari Tambunan, H Upar Pulungan SH, Drs H Mohammad Hatta Siregar SH MSi, Drs H Takbir Siregar, Sekretaris PWNU Sumut Drs H Misran Sihaloho MSi dan beberapa wakil sekretaris Drs H Khairuddin Hutasuhut, Emkir El Zuhdi Batubara SH, Bendahara H Syahrial Tambunan MBA dan Abrar M Daud Faza MA.
Afifuddin menjelaskan, NKRI yang penuh keragaman, etnis, budaya, bahasa dan terdiri dari beribu-ribu pulau adalah suatu warisan yang harus disyukuri bersama. “Negara ini didirikan oleh para ulama dan para pahlawan di atas landasan yang kokoh yakni Pancasila. Titik kesepakatan yang paling demokratis yang menjadi jalan tengah dari dua pilihan ekstrim antara negara sekuler dan negara agama,” katanya.
Sekretaris PWNU Sumut H Misran Sihaloho MSi, menambahkan bahwa NU menganut paham Ahlus Sunnah Wal Jama’ah atau disebut Aswaja, di mana terkandung di dalamnya nilai-nilai tawassuth atau jalan tengah, ta’adul atau keadilan, tasamuh atau toleransi dan tawazun artinya penuh pertimbangan. “Jadi NU tidak pernah mengajarkan sikap ekstrim, baik ekstrim kanan maupaun kiri, menghargai kebhinnekaan, bersikap toleran dan selalu menjaga persatuan dan kesatuan bangsa,” tegas Misran.
Dalama pertemuan tersebut, dirumuskan bahwa Pancasila yang berlandaskan Ketuhanan Yang Maha Esa adalah pilihan yang terbaik, meskipun mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam, namun ideologi Pancasila sesuai dengan spirit Alquran dan Hadis sebagai bingkai NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika bagi seluruh rakyat Indonesia. Pertemuan tersebut kemudian ditutup dengan doa bersama untujk keutuhan dan kejayaan Indonesia. (wol/rdn/data2)
Editor: Agus Utama
Discussion about this post