JAKARTA, WOL – Presiden Joko Widodo memiliki gaya kepemimpinan yang mengedepankan dua hal, yaitu legal justice dan Social Justice. Dengan legal justice, Jokowi bekerja berdasarkan peraturan-peraturan yang berlaku. Sedangkan dengan social justice, Jokowi bekerja berdasarkan keluh kesah dari masyarakat atau yang akrab disebut dengan blusukan.
“Dengan menerapkan dua hal ini maka presiden terbukti mampu membuat kebijakan dan peraturan yang komprehesif, dan tidak parsial. Maka tingkat kepercayaan masyarakat kepada pemerintahan Jokowi-JK sangat tinggi hingga mencapai 69 persen,†kata politikus PDI Perjuangan, Maruarar Sirait, dalam diskusi Dialektika Demokrasi yang bertajuk. ‘Ada Apa di Balik Pertemuan Jokowi-Prabowo’ di Gedung DPR RI Senayan Jakarta, Selasa (1/11) kemarin.
Selain Maruarar, hadir sebagai Ketua Umum DPP Partai Golkar Setya Novanto, Wakil Ketua DPR RI yang juga Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Fadlizon, Pengamat Politik dari Universitas Al Azhar Rahmat Bagja dan Pengamat politik SMRC Sirojudin Abbas.
Selain soal elektabilitas yang tinggi, Presiden Joko Widodo juga melakukan langkah-langkah yang progressif dan di luar kebiasaan yang lama. Dalam hal memilih Panglima TNI atau Kapolri misalnya, Jokowi mengutakan sistem meritokratik. Jokowi misalnya memiih Gatot Nurmantyo sebagai Panglima TNI arena berdasarkan kapasitas, integritas dan kemampuan.
“Pak Jokowi tidak memilih TNI Hanya berdasarkan urut kacang gantian antar angkatan. Pak Jokowi memilih berdasarkan kapasitas, maka beliau Pak Gatot yang angkatan darat, padahal sebelumnya juga Pak Moeldoko yang juga angkatan darat,†jelas Maruarar.
Dalam hal polisi juga demikian, Jokowi momotong angkatan dari 82 ke 87. Sebab bagi Jokowi, bukan semata terkait dengan regenerasi, namun terkait dengan kapasitas dan kemapuan. Maka Jokowi pun Tito Karnavian. Menariknya lagi, pilihan Joko Widodo atas Gatot dan Tito ini mendapat dukungan dari Senayan dan rakyat.
Terkait dengan dukungan Senayan hal ini juga membuktikan bahwa Joko Widodo berhasil membangun komunikasi politik yang baik. Jokowi berhasil mengkonsolidasikan elemen-elemen partai politik sehingga dukungan partai politik juga bertambah, seperti dukungan dari Partai Golkar dan PAN. Padahal sebelumnya, meteka tergabung dengan Koalisi Merah Putih (KMP)
“Ini juga membuktikan bahwa partai-partai itu menyadari Jokowi adalah masa depan sementara KMP adalah masa lalu. Cara Jokowi bekerja, elektabilitas yang tetap tinggi, dukungan senayan dan rakyat yang luas, semakin membuktikan bahwa Jokowi itu adalah masa depan,†ungkap Maruarar.
Demokrasi di masa Jokowi juga sangat baik dan berkualitas. Sebab meskipun semakin terkonsolidasi, Jokowi tetap memberikan ruang kepada aksi-aksi demonstrasi. Ini artinya, masyarakat masih bisa tetap menyampaikan aspirasi secara terbuka. (wol/mrz/data2)
Editor: Agus Utama
Discussion about this post