
WASHINGTON – Nama Asra Nomani mencuat setelah artikel berjudul “Saya Muslim, perempuan, dan imigran. Saya pilih Donald Trump†dimuat harian Washington Post. Artikel tersebut memicu kemarahan dari kawan-kawan penganut liberal sepertinya dan juga umat Islam Amerika Serikat (AS).
Namun, imigran asal India itu bergeming. Asra Nomani dengan bangga mengakui bahwa dirinya adalah salah satu silent voters kandidat Partai Republik itu. Perempuan berusia 51 tahun itu tidak masalah jika dirinya dianggap sebagai pengkhianat.
“Seperti yang Anda lihat, saya tidak memiliki tanduk di kepala, tetapi saya tetap dianggap sebagai pengkhianat. Kawan-kawan penganut liberal menyebut saya bodoh. Bahkan sejumlah saudara seiman saya berharap Allah mengirim saya ke neraka,†tutur Asra Nomani, seperti dimuat Fox News, Senin (14/11/2016).
“Akan tetapi, saya tidak peduli karena saya mendapatkan respons yang lebih baik selama 30 tahun berkarya di bidang jurnalistik dari orang-orang yang tahu berterima kasih karena mereka lelah dengan polarisasi,†sambung mantan jurnalis di Wall Street Journal itu.
Asra Nomani mengakui bahwa dirinya memilih Barack Obama dalam dua pemilihan presiden (Pilpres AS) 2008 dan 2012. Tetapi, dirinya berhenti memilih Partai Demokrat dan kandidatnya Hillary Clinton karena isu terorisme. Sebagai Muslim liberal yang pernah bersentuhan dengan radikalisme, perempuan kelahiran Mumbai itu menentang keputusan Obama dan Partai Demokrat untuk ‘berdansa’ dengan kelompok militan ISIS.
“Saya yakin Donald Trump bukan seorang penganut Islamophobia atau bigot. Dia kurang sensitif saat mengatakan hal tersebut. Mengenai rencananya melarang imigran Muslim, hal itu mencerminkan kekhawatiran mengenai isu yang membunuh ratusan orang dari Orlando hingga Paris, Prancis,†tutup Nomani.
Discussion about this post